Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ketika Plastik Dikurangi, Saatnya Kertas Unjuk Gigi

10 Mei 2019   22:55 Diperbarui: 10 Mei 2019   23:21 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu, sewaktu masih berseragam merah hati putih, di kelas kami ada pelajaran prakarya. Siswa kelas empat, mendapat tugas (dikerjakan di rumah) membuat boneka (seperti) si Unyil. Kala itu, film boneka si Unyil sedang ngetrend, kaos dan buku tulis bergambar tiga sekawan (Unyil, Usro, Ucrit) laris layaknya souvenir Thomas and Friend saat ini---ketauan deh umur, hehehe.

Saya, termasuk murid yang menyelesaikan tugas tepat waktu, tersebab mengikuti tahapan dan cara membuat boneka dengan benar. Bahan utama yang disediakan sagat sederhana, yaitu beberapa lembar koran bekas, dan lem (lem itupun buatan sendiri dari tepung singkong yang diajari guru prakarya)

Mula-mula koran bekas direndam di ember berisi air selama sehari semalam, keesokan hari rendaman koran sangat mudah ditumbuk menjadi bubur kertas. Setelah menjadi bubur kertas, dicampur dengan lem dan ditempelkan ke potongan bambu sepanjang sepuluh centimeter dengan diameter lima centimeter.

Kertas ditempel diujung potongan bambu, kemudian dibentuk menyerupai kepala lengkap dengan hidung dan telinga (ceritanya untuk kepala boneka) Setelah didiamkan beberapa jam sampai kering, baru dicat putih atau cokelat krem (untuk muka), di bagian rambut dicat hitam,  sementara mata dan mulut diukir dengan spidol kecil.

Setelah bagian kepala boneka sudah siap, barulah dibuatkan baju (saya memakai kain sarung bekas) dijahit dengan jarum jahit yang memakai tangan. Tidak sampai seharian boneka seperti tokoh pak ogah jadi, besoknya siap dibawa ke sekolah dan dinilai guru prakarya.

tangkapan layar - dokpri
tangkapan layar - dokpri
Yang jadi focus saya saat ini adalah, itu kertas koran sungguh mudah sekali mengurai hanya dalam hitungan (24) jam saja. Coba kalau dibandingkan dengan plastik, butuh waktu puluhan tahun untuk sekedar bisa mengurai.

Seperti pernah viral di tweet @selfeeani yang diretweet Mentri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Akun ini mengupload gambar sampah bungkus indomie yang ditemukan di pantai daerah Malang, bertuliskan "55 tahun Dirgahayu Indonesiaku", artinya bungkus plastik berusia 19 tahun -- lama banget kan.

-------

Negara Indonesia darurat sampah plastik, berdasarkan data Sustianble Waste Indonesia, sampah plastik menyumbang 14% dari total sampah Disamping itu, di data yang sama tercatat sampah organik 60%, sampah kertas 9%, sampah metal 4.3% dan sampah lainnya sebanyak 12.7%.

Sampah plastik yang dibuang disungai, akan dibawa dan bermuara di lautan, kemudian akan menumpuk dan terus menumpuk di laut. Saya pernah bersua dengan Switenia Puspa Lestari, Pendiri Komunitas Divers Clean Action (DCA), yang hoby diving menemui kenyataan miris di dasar laut.

Perempuan 23 tahun yang akrab disapa Tenia, menemui ikan-ikan di dalam laut berenang sembari menghindari sampah. Tenia, pernah menemui ikan terjerat plastik sehingga tidak bisa berenang bebas, untk membuka plastik musti menggunakan gunting (saking kencangnya ikatan).

Tenia - koleksi pribadi
Tenia - koleksi pribadi
Kepedulian Tenia akan kondisi laut tidak berhenti, melalui networking salah satu Kementrian, perusahaan swasta dan berbagai pihak, digalakan campaign 'Gerakan Peduli Sampah di Bawah Laut.' Komunitas DCA, juga menjalin kerjasama dengan LIPI dan UNPAD, melakukan maping dan mengumpulkan data tentang sampah laut.

"Kami sadar tidak bisa melakukan semua sendiri," ujar Tenia dengan rendah hati.

Untuk meluaskan jangkauan "Gerakan Peduli Sampah di Bawah Laut",  di setiap daerah di Indonesia dikader dua orang untuk melakukan kegiatan serupa. Dan kita masyarakat awam, sebagai individu sangat bisa berkontribusi sekecil apapun, salah satunya mengurangi penggunaan plastik

Komunitas DCI -
Komunitas DCI -

Saatnya Kertas Unjuk Gigi

Berangkat dari pengalaman membuat boneka kertas di masa kecil, menurut saya kertas berpotensi menggantikan peran plastik. Selain sampah kertas mudah mengurai, juga bisa didaur ulang menjadi barang dengan nilai ekonomis lebih tinggi dari asalnya. 

Berbagai jenis barang kerajinan dari kertas, nyatanya dinilai dengan harga sangat layak sebagai sebuah barang seni. Atau kalaupun tidak sulap menjadi barang seni, kertas bisa dijadikan pengganti peran plastik.

Seperti di sebuah supermarket di daerah Tangsel, kasir kerap menawarkan apakah belanjaan pembeli berkenan dibungkus kardus. Kini kertas yang biasa dipakai bungkus gorengan, dengan sentuhan ide dan kreatifitas disulap menjadi media branding produk.

Tangkapan layar- dookpri
Tangkapan layar- dookpri
Kurang keren apa coba, betapa kertas (ternyata) bisa membantu fungsi plastik, sehingga bisa membantu juga mengurangi sampah plastik. Semua gerakan memang dimulai dari kecil, asal tekun dan kontinyu, hal yang sama dilakukan secara estafet dan konsisten, maka generasi mendatang yang merasakan dampak baiknya.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun