Dulu, sewaktu masih berseragam merah hati putih, di kelas kami ada pelajaran prakarya. Siswa kelas empat, mendapat tugas (dikerjakan di rumah) membuat boneka (seperti) si Unyil. Kala itu, film boneka si Unyil sedang ngetrend, kaos dan buku tulis bergambar tiga sekawan (Unyil, Usro, Ucrit) laris layaknya souvenir Thomas and Friend saat ini---ketauan deh umur, hehehe.
Saya, termasuk murid yang menyelesaikan tugas tepat waktu, tersebab mengikuti tahapan dan cara membuat boneka dengan benar. Bahan utama yang disediakan sagat sederhana, yaitu beberapa lembar koran bekas, dan lem (lem itupun buatan sendiri dari tepung singkong yang diajari guru prakarya)
Mula-mula koran bekas direndam di ember berisi air selama sehari semalam, keesokan hari rendaman koran sangat mudah ditumbuk menjadi bubur kertas. Setelah menjadi bubur kertas, dicampur dengan lem dan ditempelkan ke potongan bambu sepanjang sepuluh centimeter dengan diameter lima centimeter.
Kertas ditempel diujung potongan bambu, kemudian dibentuk menyerupai kepala lengkap dengan hidung dan telinga (ceritanya untuk kepala boneka) Setelah didiamkan beberapa jam sampai kering, baru dicat putih atau cokelat krem (untuk muka), di bagian rambut dicat hitam, Â sementara mata dan mulut diukir dengan spidol kecil.
Setelah bagian kepala boneka sudah siap, barulah dibuatkan baju (saya memakai kain sarung bekas) dijahit dengan jarum jahit yang memakai tangan. Tidak sampai seharian boneka seperti tokoh pak ogah jadi, besoknya siap dibawa ke sekolah dan dinilai guru prakarya.
Seperti pernah viral di tweet @selfeeani yang diretweet Mentri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Akun ini mengupload gambar sampah bungkus indomie yang ditemukan di pantai daerah Malang, bertuliskan "55 tahun Dirgahayu Indonesiaku", artinya bungkus plastik berusia 19 tahun -- lama banget kan.
-------
Negara Indonesia darurat sampah plastik, berdasarkan data Sustianble Waste Indonesia, sampah plastik menyumbang 14% dari total sampah Disamping itu, di data yang sama tercatat sampah organik 60%, sampah kertas 9%, sampah metal 4.3% dan sampah lainnya sebanyak 12.7%.
Sampah plastik yang dibuang disungai, akan dibawa dan bermuara di lautan, kemudian akan menumpuk dan terus menumpuk di laut. Saya pernah bersua dengan Switenia Puspa Lestari, Pendiri Komunitas Divers Clean Action (DCA), yang hoby diving menemui kenyataan miris di dasar laut.
Perempuan 23 tahun yang akrab disapa Tenia, menemui ikan-ikan di dalam laut berenang sembari menghindari sampah. Tenia, pernah menemui ikan terjerat plastik sehingga tidak bisa berenang bebas, untk membuka plastik musti menggunakan gunting (saking kencangnya ikatan).
"Kami sadar tidak bisa melakukan semua sendiri," ujar Tenia dengan rendah hati.
Untuk meluaskan jangkauan "Gerakan Peduli Sampah di Bawah Laut", Â di setiap daerah di Indonesia dikader dua orang untuk melakukan kegiatan serupa. Dan kita masyarakat awam, sebagai individu sangat bisa berkontribusi sekecil apapun, salah satunya mengurangi penggunaan plastik
Saatnya Kertas Unjuk Gigi
Berangkat dari pengalaman membuat boneka kertas di masa kecil, menurut saya kertas berpotensi menggantikan peran plastik. Selain sampah kertas mudah mengurai, juga bisa didaur ulang menjadi barang dengan nilai ekonomis lebih tinggi dari asalnya.Â
Berbagai jenis barang kerajinan dari kertas, nyatanya dinilai dengan harga sangat layak sebagai sebuah barang seni. Atau kalaupun tidak sulap menjadi barang seni, kertas bisa dijadikan pengganti peran plastik.
Seperti di sebuah supermarket di daerah Tangsel, kasir kerap menawarkan apakah belanjaan pembeli berkenan dibungkus kardus. Kini kertas yang biasa dipakai bungkus gorengan, dengan sentuhan ide dan kreatifitas disulap menjadi media branding produk.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H