Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengirim Anak ke Pondok Itu Kuat-kuatan Orang Tua

26 Maret 2019   04:18 Diperbarui: 27 Maret 2019   21:04 2592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keadaan mereka sama seperti anak kita sendiri, jauh dari orangtua, berada pada masa mencari jati diri, mengalami peralihan dari masa kanak menuju remaja. Justru saya tidak tega, kalau marah-marah mengumbar caci maki, karena pembulyan telah dilakukan pada anak saya.

Biarlah masalah anak-anak menjadi masalahnya, biarlah mereka sendiri yang menyelesaikan, kita orangtua memberi pengarahan dan nasehat terbaik.

Kebetulan Ustad membuat WA Group untuk wali santri, hal ini tentu memudahkan komunikasi, apabila ada keadaan yang perlu penanganan langsung dari ustad. 

---

Untuk satu keperluan, saya pernah mengantar anak balik ke Pondok (setelah ijin libur karena sakit) pada jelang malam hari (sekira pukul 20.00).

'NYEEEEES' tiba-tiba sanubari ini mendadak adem, mendengar suara mudzakarah, di ruang lain ada yang barzanji, dari sudut teras ada yang menajamkan hapalan surat Quran.

Malam itu saya merasakan keteduhan, meyakini bahwa atmosfir seperti ini berpengaruh dalam pembentukan karakter anak-anak. Situasi seperti ini, tidak akan pernah didapati di rumah, suasana rumah sesuai mood dan kebiasaan anggota keluarga yang ada.

Orangtua mana tidak bahagia, melihat air muka kalem pada anak kesayangan, dihiasi sikap hormat dan patuh pada ayah ibunya. Satu dua bulan pertama mondok, saya merasakan perubahan, bahwa lelaki puber ini semakin santun, jawaban itu nyambung ketika saya dapati dan merasakan suasana malam di Pondok.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri

"Ayah, Kakak abis jatuh, sendi tangan kakak geser" terdengar suara menahan kelu, melalui nomor handphone ustad yang mengantarkan ke tukang pijit sangkal putung. Sontak kepala ini mendadak berat, kalau saja di punggung ini tumbuh dua sayap, rasanya pengin langsung terbang menemui anak disayangi.

"Mengirim anak ke Pondok itu kuat-kuatan." Di atas roda dua sepanjang perjalanan, nasehat ustad kembali terngiang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun