Keadaan mereka sama seperti anak kita sendiri, jauh dari orangtua, berada pada masa mencari jati diri, mengalami peralihan dari masa kanak menuju remaja. Justru saya tidak tega, kalau marah-marah mengumbar caci maki, karena pembulyan telah dilakukan pada anak saya.
Biarlah masalah anak-anak menjadi masalahnya, biarlah mereka sendiri yang menyelesaikan, kita orangtua memberi pengarahan dan nasehat terbaik.
Kebetulan Ustad membuat WA Group untuk wali santri, hal ini tentu memudahkan komunikasi, apabila ada keadaan yang perlu penanganan langsung dari ustad.Â
---
Untuk satu keperluan, saya pernah mengantar anak balik ke Pondok (setelah ijin libur karena sakit) pada jelang malam hari (sekira pukul 20.00).
'NYEEEEES' tiba-tiba sanubari ini mendadak adem, mendengar suara mudzakarah, di ruang lain ada yang barzanji, dari sudut teras ada yang menajamkan hapalan surat Quran.
Malam itu saya merasakan keteduhan, meyakini bahwa atmosfir seperti ini berpengaruh dalam pembentukan karakter anak-anak. Situasi seperti ini, tidak akan pernah didapati di rumah, suasana rumah sesuai mood dan kebiasaan anggota keluarga yang ada.
Orangtua mana tidak bahagia, melihat air muka kalem pada anak kesayangan, dihiasi sikap hormat dan patuh pada ayah ibunya. Satu dua bulan pertama mondok, saya merasakan perubahan, bahwa lelaki puber ini semakin santun, jawaban itu nyambung ketika saya dapati dan merasakan suasana malam di Pondok.
"Ayah, Kakak abis jatuh, sendi tangan kakak geser" terdengar suara menahan kelu, melalui nomor handphone ustad yang mengantarkan ke tukang pijit sangkal putung. Sontak kepala ini mendadak berat, kalau saja di punggung ini tumbuh dua sayap, rasanya pengin langsung terbang menemui anak disayangi.
"Mengirim anak ke Pondok itu kuat-kuatan."Â Di atas roda dua sepanjang perjalanan, nasehat ustad kembali terngiang.