"Hallo Mas, apa kabar, lama nggak ketemu" sapa saya.
Seorang pria paruh baya dengan tubuh gempal, Â tidak sengaja berpapasan ketika saya mau nyekar ke makam almarhum ayah. Wajahnya tidak asing meskipun tampak kerutan di sana sini, dan inilah kakak kelas panutan ketika saya beranjak remaja.
Gurat ketampanan masa muda itu masih membekas, tapi tampak tidak terawat dan tidak begitu dipedulikan lagi.
"Ibunya yang jodohin, itupun setelah dipaksa-paksa" ujar ibu
Saya jadi tersenyum geli, mendapati pria setampan kakak panutan, justru menikahnya harus dipaksa dijodohkan, pada usia mendekati kepala empat.
"Di rumah sampai kapan?" balasnya mengakrabi.
Percakapan basa-basi seperlunya, sampai akhirnya saya pamit buru-buru ke pemakanan mengingat langit mulai mendung.
Para jomblo dengan paras yang standard (saya banget ini--hahaha), janganlah bekecil hati, karena ganteng saja tidak cukup. Asal menjadi lelaki pekerja keras dan bertanggungjawab, niscaya akan datang bidadari beruntung yang setia mendampingi. -- Amin--
Sementara bagi kalian yang (dari sononya) tampan, bersyukurlah, jadikan pelecut untuk bekerja keras dan membuat diri berharga di mata pasangan hidup dan keluarga - smoga bermanfaat-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H