Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pilih Laki-laki Jadi Suami, Ganteng Saja Tidak Cukup!

19 Maret 2019   05:45 Diperbarui: 19 Maret 2019   09:36 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sewaktu duduk di bangku SMP, saya dan kakak (usia terpaut dua tahun) punya panutan untuk urusan gaya berpakaian -- maklum namanya juga ABG. Dia adalah kakak kelas, anak tetangga yang sudah SMA, baju dengan model dan warna apa saja yang menempel di badannya selalu terlihat keren.

Didukung parasnya yang tampan rupawan, membuat para cewek remaja di kampung kecil kami, kerap membicarakan anak tetangga ini. Sementara saya dan kakak, hanya bisa (sebatas) meniru gaya berpakaian saja, dari sisi wajah dan rupa tentu tidak bisa menyamai -- pastinya jauh, hehehe.

Setelah lulus SMA saya merantau, otomatis kampung dan dunia masa kecil ditinggalkan dan tidak saban hari mengikuti perkembangan. Saya bergulat dengan kerasnya perjuangan hidup, prioritas dicapai mulai bergeser, bagaimana meningkatkan kompetensi diri untuk bersaing di dunia kerja.

Dalam setahun, saat masih bujangan saya pulang kampung tiga atau empat kali (itupun hanya satu atau dua hari), tidak sempat ketemu teman lama. Melalui cerita ibu yang telepon dua kali seminggu, baru saya bisa update kejadiaan apa saja sedang berlangsung di desa.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
Termasuk kisah anak tetangga panutan semasa SMP, kabarnya betah di kampung belum tergerak mencari pekerjaan (saat itu saya dan kakak sudah bekerja) Pun ketika saya dan kakak sudah menikah, rupanya kakak kelas ini belum ada tanda-tanda hendak membina rumah tangga.

"Perempuan dilamar ya pikir-pikirlah, emang ganteng saja bisa bikin kenyang" suara ibu dari ujung telepon

Ya, Ganteng saja tidak Cukup -- Sepanjang menjalani pahit dan getir pengalaman hidup, perlahan-lahan sudut pandang saya mulai bergeser. Tidak lagi melihat orang dari sekedar penampilan luar saja, tidak terpaku pada wujud fisik yang tampak di pandangan mata.

Menurut saya, orang dinilai dari sikap dan ucapan, dari bagaimana bisa membawa diri dan bertanggung jawab pada apa yang dihadapi. Dan lelaki akan menjelma tampan, ketika dia menjadi sosok penuh tanggung jawab dan menjaga amanah kehidupan yang dipanggulnya.

Bagi perempuan, sebaiknya tidak terkecoh  pria dengan tampilan wajah tampan rupawan saja, karena hal itu tidak bisa menjadi (satu-satunya) jaminan kebahagiaan. Perempuan musti membuka pertemanan, berkumpul dengan banyak orang baik di lingkungan yang baik, agar besar kemungkinan dilamar laki-laki yang baik.

Saya setuju dengan quote "Harga diri lelaki adalah Bekerja", setampan apapun rupa lelaki dijadikan suami, kalau tidak bekerja untuk apa (kecuali ada udzur, misalnya sakit parah dan kepayahan, wallahu'alam bissawab).

------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun