Siapa tidak mau, incip-incip gratis dan makanan disodor-sodorkan petugas tester food, sontak hati ini tidak kuasa menolak. Bermula dari ujung lidah yang mencecap taste enak, akhirnya tergoda membeli satu dua bungkus untuk camilan pada saat senggang.
Lapar lidah, benar-benar ujian yang tidak ringan, apalagi bagi kita yang sedang berusaha keras menurunkan berat badan.
Lapar Perut
Perut yang sudah lapar, biasanya ditandai dengan bunyi 'kriuk-kriuk'. Signal lapar dari perut inilah, rasa lapar sesungguhnya yang harus dituruti.
Rasa lapar yang muncul dari perut, pertanda saatnya lambung minta diisi. Kalau tidak dituruti, dampaknya justru tidak bagus dan menyiksa diri sendiri.
Bagi Kompasianer yang sedang giat diet, sebaiknya makan dengan berpatokan pada signal lapar perut saja. Abaikan signal lapar yang datang dari mata, hidung, lidah atau kalau ada signal dari tempat lain, sebaiknya jangan dituruti.
Signal lapar pada perut otomatis akan hilang, setelah bunyi kriuk-kriuk lenyap, sebagai tanda kita musti berhenti makan. Saya jadi ingat pada ajaran Baginda Rasullah, mengajak umatnya untuk "makan setelah lapar dan berhenti makan sebelum kenyang."
-----
Musuh terberat diri kita, sebenarnya bukan siapa-siapa dan tidak di mana-mana, musuh itu adalah hawa nafsu yang bersemanyam dalam diri. Mau memanjakan perut dengan aneka makanan, sebenarnya bebas-bebas saja tidak ada yang berhak melarang.
Tetapi yang perlu diingat, bahwa yang merasakan akibatnya dari perilaku dan gaya hidup yang diterapkan adalah diri sendiri.
Motivator paling hebat dan keren, bukan orang lain tetapi diri kita sendiri. jadi isi otak dengan pengetahuan bermanfaat demi kebaikan diri.