Melihat warna warni makanan menggoda, sop buah dengan bulat bulat kelereng daging buah dengan syrup merah, ditumpuk kuning kehijauan kerokan alpukat. Putih memanjang daging kelapa muda, lelehan kental manis diatas es batu serut, memenuhi permukaan gelas saji menawan.
Itu baru sop es lho, masih ada berderet pilihan seperti bubur sumsum, kolak biji salak, es dawet, es teller, es podeng dan makanan menarik mata lainnya.
Gara gara tak tahan dan terkesima warna-warni makanan, akhirnya jebol juga pertahanan dan membeli apa yang dilihat meski sedang tidak lapar.
Ini dia katgeori lapar mata, yaitu lapar diakibatkan melihat makanan. Padahal kalaupun kita tidak membeli dan mengonsumsi, juga tidak masalah karena lambung masih belum waktunya diisi.
Pernah dong, waktu melintasi restoran di mal atau melewati arena pujasera, atau berpapasan dengan abang nasi goreng. Tiba tiba "seeeng" aroma harum makanan yang diolah menusuk hidung, bumbu, dan rempah yang menyita pikiran membuat langah kaki sontak berhenti.
"Bang nasi goreng bungkus ya."
Padahal baru satu dua jam makan malam, rongga perut masih sesak dan rasa kenyang belum juga beranjak pergi. Lapar hidung, membuat selera makan bangkit, meskipun kalau kita teguh pendirian dan tidak dituruti ya tidak masalah.
Lapar Lidah
"Rasanya yummy, coba incip sesendok saja deh"
Ini dia nih godaan berat, apabila ditawarin incip incip makanan (tester), ketika lewat di kerumanan masa kemudian sedang ada demo masak.