Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Hore, LRT Jabodebek Siap Beroperasi Bulan April!

20 Februari 2019   06:38 Diperbarui: 20 Februari 2019   12:15 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kaum urban mulai tinggal menjauh dari pusat kota,' ujar Nirwono Joga, Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti.

Kalau dulu, orang memilih tinggal di daerah lapisan pertama Ibukota -- daerah perbatasan seperti Kelapa dua Depok, Ciputat, Bintaro--- kemudian bergeser di daerah lapisan kedua -- agak menjauh misalnya serpong, Cisauk---sekarang sudah bergeser lagi ke daerah lapisan ketiga -- lebih jauh lagi, misalnya Ciseeng-.

Pergeseran lokasi tempat tinggal, otomatis berdampak pada waktu perjalanan menuju ibukota, cara memangkas waktu tempuh hanya dengan transportasi massal yang mumpuni.

Menurut Nirwono, prinsip dasar pengelolaan kawasan pinggiran, yang musti dikembangkan adalah titik yang bersilangan dengan transportasi publik. dalam konteks LRT,  kawasan yang aksesnya mudah menuju depo LRT terdekat.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
Saya ingat pada awal bulan februari, ketika datang ke pameran perumahan di JCC Senayan. Begitu masuk Hall Cendrawasih, langsung didekati marketing perumahan dan disodori brosur.

Ada satu brosur saya baca (menurut saya) sangat unik,  dari persuahaan pengembang yang menawarkan apartmen  terintegrasi dengan stasiun commuter line. Bayangkan betapa praktisnya, penghuni cukup berjalan kaki, tidak perlu keluar apartemen langsung terhubung dengan pintu stasiun.

Menyimak penjelasan Pak Nirwono, saya benar-benar mengamini dan sesuai dengan kenyataan yang terjadi saat ini. Kok saya yakin ya, sepuluh tahun yang akan datang, warga ibukota lebih banyak yang sehat dan langsing, karena terbiasa dengan budaya jalan kaki.

Kalau budaya jalan kaki ini berkelanjutan, lama-lama akan menjadi kebiasaan, akan mempengaruhi terciptanya sebuah peradaban baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun