"Kaum urban mulai tinggal menjauh dari pusat kota,' ujar Nirwono Joga, Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti.
Kalau dulu, orang memilih tinggal di daerah lapisan pertama Ibukota -- daerah perbatasan seperti Kelapa dua Depok, Ciputat, Bintaro--- kemudian bergeser di daerah lapisan kedua -- agak menjauh misalnya serpong, Cisauk---sekarang sudah bergeser lagi ke daerah lapisan ketiga -- lebih jauh lagi, misalnya Ciseeng-.
Pergeseran lokasi tempat tinggal, otomatis berdampak pada waktu perjalanan menuju ibukota, cara memangkas waktu tempuh hanya dengan transportasi massal yang mumpuni.
Menurut Nirwono, prinsip dasar pengelolaan kawasan pinggiran, yang musti dikembangkan adalah titik yang bersilangan dengan transportasi publik. dalam konteks LRT, Â kawasan yang aksesnya mudah menuju depo LRT terdekat.
Ada satu brosur saya baca (menurut saya) sangat unik,  dari persuahaan pengembang yang menawarkan apartmen  terintegrasi dengan stasiun commuter line. Bayangkan betapa praktisnya, penghuni cukup berjalan kaki, tidak perlu keluar apartemen langsung terhubung dengan pintu stasiun.
Menyimak penjelasan Pak Nirwono, saya benar-benar mengamini dan sesuai dengan kenyataan yang terjadi saat ini. Kok saya yakin ya, sepuluh tahun yang akan datang, warga ibukota lebih banyak yang sehat dan langsing, karena terbiasa dengan budaya jalan kaki.
Kalau budaya jalan kaki ini berkelanjutan, lama-lama akan menjadi kebiasaan, akan mempengaruhi terciptanya sebuah peradaban baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H