Betapa bahagiamya, kalau sampai rute Cibubur - Dukuh Atas, bisa ditempuh dengan 35 menit saja. Artinya, kita  bisa memangkas sangat banyak waktu di jalan. So, istilah 'Tua di Jalan' tidak berlaku lagi.
Etapi, Â Jakarta kan macet banget , memang naik apa? naik LRT (Light Rail Transit) dong. Â Â Sudah tahu kan, sekarang sedang giat dikerjakan, Â proyek pembangunan LRT Jabodebek (Jakarta Bogor Depok Bekasi) oleh PT. Adhi Karya.
Dulu waktu ngantor di daerah Kebayoran Baru Jakarta Selatan, ada teman kerja (seorang ibu) tinggal di daerah Bogor. Teman ini bercerita, setiap hari kerja bersama suami berangkat selepas subuh. Sekitar jam lima pagi mulai keluar rumah, perut belum diisi sarapan dan anak masih lelap dalam tidur.
Kemudian Jam pulang kerja setengah enam sore, biasanya menunggu sekalian sholat maghrib di kantor, baru pulang mendekati jam tujuh malam.
"Sampai rumah jam berapa mbak?" sela saya penasaran
"rata-rata jam setengah sembilan. Kadang jam sembilan,"
Saya membayangkan, betapa sempitnya waktu dimiliki, sampai rumah ibu dan ayah muda ini kecapekan, kemudian mendapati buah hati bersiap tidur.
Sedih ya, padahal mereka melakukan ini semua (kerja keras) untuk kebahagiaan keluarga, tetapi justru tidak punya waktu untuk anak dikasihi. Sebagai seorang ayah, batin saya perih, bila orangtua tidak punya 'quality time' untuk ngobrol dan berbagi dengan anak-anak.
Tapi begitulah kenyataan hidup, tidak seideal harapan..
-00o00-
"Kota dengan jumlah penduduk di atas satu juta, harusnya punya angkutan massal," ujar  Zulfikri, Dirjen Perkeretaapian Kementrian Perhubungan, pada acara FGD 'Pembangunan LRT Jabodebek & Sumsel untuk siapa?'
Rabu sore minggu dua bulan Februari, Kompasianer hadir di acara keren yang diadakan KemenHub bekerjasama dengan Warta Kota.
Menurut Zukfikri, Pembangunan LRT diatur dari Perpres, dan pengadaan transportasi massal, akan membawa dampak bagi efisiensi dalam hal ; penggunaan lahan, penggunaan energi dan efektifitas dibanding menyetir kendaraan pribadi.
Sebagai kota megapolitan, Jakarta terbilang lambat dalam pengadaan LRT, sementara Filiphina dan Singapore sudah lebih dulu punya MRT.Â
Sukses LRT justru diawali dari kota mpek-mpek Palembang Sumsel, digunakan bertepatan digelarnya beberapa cabor Asian Games 2018. LRT Palembang, berkontribusi dalam perpindahan orang dan diketahui 2500 atlet, official, media dari 32 negara, dari sisi promosi sudah sangat sukses.
"Tujuan pengadaan LRT untuk meningkatkan kualitas hidup,' jelas Pundjung Setya Brata, Direktur Operasional II, PT Adhi Karya.

Depo LRT terkoneksi antarmoda, sehingga pengguna LRT bisa transit dan melanjutkan perjalanan dengan Commuter Line, Transjakarta atau transportasi publik lainnya
LRT yang diproduksi oleh INKA Madiun ini, didesign sangat praktis, untuk sekali perjalanan satu arah bisa mengangkut 26 ribu penumpang (kalau bolak balik berarti kali dua).

Paket 1, rute Cibubur -- Cawang progres 78, 4% Â (tanpa proses pembebasan tanah)
Paket 2 , rute  Cawang- Kuningan masuk Dukuh Atas, progres 46,1%.
Paket Cawang -- Bekasi Timur, dibangun depo di atas lahan seluas 12 ha, progres 52,7 %, sehingga Depo diperkirakan selesai September 2020.
"Bulan April 2021 insyaallah LRT beroperasi secara keseluruhan," ungkap Pundjung.
BTW, Saya jadi ingat teman di kantor lama. Kalau saja dulu sudah ada LRT, pasti dia tidak perlu berangkat terlalu pagi dan pulang terlampau larut.
Misalnya untuk jam kantor jam setengah sembilan, setidaknya teman ini bisa berangkat jam (misalnya) setengah delapan sudah di depo LRT.Â
Sehingga bisa mengurusi anak lebih dulu, menyiapkan sarapan kemudian mengantar ke sekolah sekalian berangkat ke kantor. Satu dua jam saja komunikasi dengan anak, kalau diulang setiap hari maka dampaknya pasti akan terasa.
Membangun LRT Membangun Peradaban

Menurut Iwan, Â LRT Sumsel berbeda dengan LRT Jabodebek, Â sepur untuk LRT Jabodebek lebih lebar dan sistem signal mirip kereta bandara (tanpa masinis).
Jeda keberangkatan kereta, setiap 6 menit untuk  rute Cibubur -- Cawang (Headway), rute Bekasi Cawang dengan jeda 6 menit dan rute Cawang -- Dukuh Atas jeda setiap 3 menit.
Wah, jadi tidak perlu kawatir ketinggalan kereta, karena tidak terlalu lama menunggu kedatangan kereta berikutnya -- kok saya jadi kebayang model nodel kereta ekspress di Jepun yang on time ya --
Dalam satu rangkaian kereta terdiri dari 6 gerbong, dengan harga ticket 12 ribu (sudah harga subsidi), beroperasi antara jam 04.00 sampai 23.00.

Kalau dari titik dekat rumah ada feeder menuju stasiun/depo, maka tidak perlu lagi membawa kendaraan sendiri kan.
"Membangun LRT adalah membangun sistem" jelas Prof Joko
Kalau sistem sudah berjalan, maka yang didapati bukan sekedar mengurai kemacetan, tetapi akan membangun sebuah peradaban baru.
Istilah peradaban sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari istilah budaya yang populer dalam kalangan akademis.Â
Di mana setiap manusia dapat berpartisipasi dalam sebuah budaya yang diartikan sebagai seni, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, nilai, bahan perilaku dan kebiasaan dalam tradisi yang merupakan sebuah cara hidup masyarakat ( dikutip dari Wikipedia)
Nah, efek dari pengadaan trasportasi massal seperti LRT,  yaitu kebutuhan akan  pedestrian memadai, publik market dan sarana pendukung lainnya.
Kaum urban akan terbiasa dengan budaya jalan kaki, bahkan dimulai berangkat dari rumah, sudah berjalan kaki menuju titik feeder.
-00o00-

Saya tinggal di daerah Ciputat Tangerang Selatan, kawasan ini sangat cepat pertumbuhannya, perumahan atau hunian baru berdiri secara masif.
"Kaum urban mulai tinggal menjauh dari pusat kota,' ujar Nirwono Joga, Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti.
Kalau dulu, orang memilih tinggal di daerah lapisan pertama Ibukota -- daerah perbatasan seperti Kelapa dua Depok, Ciputat, Bintaro--- kemudian bergeser di daerah lapisan kedua -- agak menjauh misalnya serpong, Cisauk---sekarang sudah bergeser lagi ke daerah lapisan ketiga -- lebih jauh lagi, misalnya Ciseeng-.
Pergeseran lokasi tempat tinggal, otomatis berdampak pada waktu perjalanan menuju ibukota, cara memangkas waktu tempuh hanya dengan transportasi massal yang mumpuni.
Menurut Nirwono, prinsip dasar pengelolaan kawasan pinggiran, yang musti dikembangkan adalah titik yang bersilangan dengan transportasi publik. dalam konteks LRT, Â kawasan yang aksesnya mudah menuju depo LRT terdekat.

Ada satu brosur saya baca (menurut saya) sangat unik,  dari persuahaan pengembang yang menawarkan apartmen  terintegrasi dengan stasiun commuter line. Bayangkan betapa praktisnya, penghuni cukup berjalan kaki, tidak perlu keluar apartemen langsung terhubung dengan pintu stasiun.
Menyimak penjelasan Pak Nirwono, saya benar-benar mengamini dan sesuai dengan kenyataan yang terjadi saat ini. Kok saya yakin ya, sepuluh tahun yang akan datang, warga ibukota lebih banyak yang sehat dan langsing, karena terbiasa dengan budaya jalan kaki.
Kalau budaya jalan kaki ini berkelanjutan, lama-lama akan menjadi kebiasaan, akan mempengaruhi terciptanya sebuah peradaban baru.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI