Pertanyaan yang membuat, (perlahan tapi pasti) hubungan persaudaraan, persahabatan, pertemanan berubah tidak asyik dan renggang.
Kecuali bagi orang yang hoby mencari musuh, dia tidak akan peduli sakitnya perasaan orang lain akibat kelakuannya.
Saat sedang ngobrol berdua dalam keadaan santai, tidak ada orang lain memperhatikan dan suasana dibangun membua nyaman.
'Eh, Ustad  A sering memberi kesempatan ta'aruf untuk jamaahnya, kalau lu mau ikutan ntar gue anter deh', coba resapi, betapa sejuk kalimat ini ditangkap gendang telinga dan dirasakan hati.
Selain memberikan solusi informasi (tentang kegiatan di tempat Ustad A), sekaligus mengulurkan bantuan (yaitu mengantar ke pengajian ustad yang dimaksud)
Niat atau maksud dikandung dibalik sebuah pertanyaan, ternyata memberi efek reaksi yang berbeda, meskipun kalimat diucapkan sama yaitu "Kapan Nikah?"
Hal ini mempengaruhi respon yang jauh berbeda, secara natural setiap kita otomatis bisa mendeteksi, siapa yang bermaksud menjatuhkan dan siapa yang melapangkan jalan keluar.
Sebagai orang (katanya) berwawasan, kita pasti bisa memilih sikap lebih bijak, jangan sampai menyakiti orang lain gara-gara pentanyaan dengan niat menyakiti.
Lagi pula apa untungnya bertanya 'Kapan Nikah' kalau tidak menyertakan solusi, menjatuhkan nama baik orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H