Setelah mengenang masa sulit, biasanya ikatan suami istri semakin erat, siap menghadapi episode kehidupan selanjutnya.
Bahagia Tidak Mengenal Bokek
Anda boleh percaya boleh tidak percaya, ternyata bahagia itu (sama sekali) tidak ada kaitannya dengan ada atau tidak adanya uang. Keberadaan rasa bahagia itu ternyata bebas sebebas-bebasnya, merdeka semerdeka-merdekanya, tergantung bagaimana manusia itu sendiri memaknainya (bahagia).
Bokek atau tidak punya uang, sebenarnya (sebenarnya nih, harusnya) tidak bisa mengintervensi perasaan bahagia. Karena manusia dianugerahi kecerdasan akal, sehingga sangat bisa menguasai keadaan yang tengah dialami.
Semasa saya masih bujangan dan kuliah, mendapati dompet kosong sudah tidak kaget. Tetapi nyatanya saya masih bisa haha hihi, kumpul dan berkegiatan di kampus. Masih bisa memenuhi kebutuhan hidup (meski seadanya)
Ya, memang benar dengan tidak punya uang, maka (saat itu) tidak bisa membeli apa yang menjadi keinginan (catat keinginan bukan kebutuhan).
Tetapi, manusia dengan kepiawaiannya, sangat bisa beradaptasi dengan keadaan, dan kemampuan menyesuaikan diri tersebut musti kita manfaatkan (dalam hal positif)
Balik ke pengalaman saya setelah membeli rumah, ketika kondisi keuangan keluarga sedang seret, akhirnya kami (secara naluri) lebih kreatif (contohnya kreasi menu, seperti di atas)
Dan tau nggak, setiap ada acara makan-makan di kantor (saat itu masih ngantor), jatah saya minta dibungkus untuk dibawa pulang- hehehe.
Jadi pada saat acara kantor berlangsung, saya cukup puas dengan minuman (biasanya teh atau juice) saja, atau kalau ada camilan ya syukur.
Betapa bahagia itu (sebenarnya) mudah dihadirkan, hanya dengan sedikit strategi, meskipun sedang bokek tetap saja rasa bahagia itu datang.