Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menelusuri Kekayaan Cagar Budaya di Kawasan Banten Lama

16 Oktober 2018   05:13 Diperbarui: 17 Oktober 2018   21:04 1685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Batik Banten- insert Uke Kurniawan - dokpri

Di era digital seperti saat ini, siapa bisa menyangsikan dahsyatnya dampak media sosial. Berita yang berseliweran di timeline medsos, nyatanya lebih cepat viral dibanding kabar di media mainstream. Tak jarang, kabar yang ada di media elektronik dan atau media cetak, justru merujuk cuitan twitter, postingan di IG atau IG story dan status beranda facebook, sebagai sumber berita.

Ramon Y Tungka, sedang mengisi kelas akting di Rumah Dunia Gol a Gong - dokpri
Ramon Y Tungka, sedang mengisi kelas akting di Rumah Dunia Gol a Gong - dokpri
Penyebarluasan informasi Cagar Budaya, menggunakan media sosial -dilakukan oleh blogger dan publik figure- tentunya menjadi strategi cukup tepat. Menjadi sarana dan ajang pembelajaran, agar netizen (mewakili sebagian masyarakat) memahami nilai-nilai yang terkandung dalam cagar budaya.

Gerakan pelestarian cagar budaya, perlu digalakkan dan dikemas dengan menyesuaikan kemajuan jaman. Sehingga pesan-pesan pelestarian, bisa disampaikan dan diterima dengan baik.

Batik Banten, Budaya, Filosofi dan Prestasi 

Batik Indonesia, sudah mendapat pengakuan badan UNESCO- PBB, yaitu batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non-bendawi (masterpiece of the oral and intangible Heritage of humanity) sejak 2 oktober 2009 - kemudian ditetapkan sebagai hari batik.

Batik dikategorikan karya non bendawi, karena bukan sekedar selembar kain dengan pola dan warna yang tertuang di atasnya. Namun di atas kain batik tersebut, mengandung cerita, nilai filosofis dan humanis, serta kearifan budaya lokal (local wisdom) yang sangat mendalam. Sebagai warisan budaya yang tinggi, batik musti dipertahankan, diperkenalkan dan diestafetkan ke generasi berikutnya

Nah, menyoal pelestarian budaya non benda, batik Banten tidak bisa dipisahkan dengan muatan filosofi dan budaya kawasan Banten Lama. Adalah Uke Kurniawan, pendiri Batik Banten, yang begitu gigih memperjuangkan eksistensi batik Banten di antara batik lain yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Konon, kelebihan batik Banten adalah pada motif yang diadop dari benda-benda purbakala, seperti artefak kreweng, tembikar -yang merupakan temuan arkeolog- dengan sekitar 90 ragam hias lainnya.

Batik Banten- insert Uke Kurniawan - dokpri
Batik Banten- insert Uke Kurniawan - dokpri
Setiap motif di batik Banten, terkandung filosofi terkait peninggalan sejarah, tak heran jika nama motif beberapa diambil dari nama gelar, bangsawan, tata ruang di kesultanan Banten. Batik Banten memiliki ciri khas warna abu-abu soft, hal ini disebabkan air di kawasan Banten memiliki kandungan zat besi yang tinggi.

Meski kompetisi di pasaran batik cukup ketat dan tinggi, rupanya Batik Banten berhasil menembus market share hingga 87%. Atas prestasi membanggakan ini, Uke Kurniawan berhasil meraih penghargaan, sebagai pemuda kreatif dari Presiden SBY. Prestasi ini kemudian berlanjut, dengan diraihnya penghargaan Paranakarya dari Presiden Joko Widodo.

Kemudian lelaki rendah hati asli Banten, membeberkan rahasia dibalik prestasi Batik Banten. Yaitu dengan menerapkan '5 S', sehingga upayanya mengenalkan Batik Banten bisa berhasil.

Apa itu 5 S?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun