Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Memandang Masalah Anak dari Sudut Pandang Anak

21 Juli 2018   10:21 Diperbarui: 22 Juli 2018   03:41 1932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Toh saya percaya, bahwa anak sudah berada di lingkungan yang baik, dilingkupi pergaulan dan teman-teman yang baik, diberi asupan ilmu oleh guru-guru yang baik. Tidak ada alasan, saya terlalu khawatir dengan keadaan anak di pesantren.

Apalagi dulu saya pernah merasakan, berada di posisi seperti anak saya sekarang. Sebagai anak laki-laki, musti menyediakan diri berlatih menghadapi banyak hal. Kali pertama merantau ke kota besar, hati ini begitu berat. Keputusan belum sepenuhnya bulat, antara pergi ke kota atau tetap tinggal di kampung halaman.

Meski pada akhirnya, dua kaki ini tetap melangkah dan menjauh dari tanah kelahiran. Sepanjang perjalanan, saya berusaha meyakinkan diri, bahwa semua demi kebaikan.

Kepedihan dirasakan hanya sesaat, lama kelamaan akan terbiasa dengan sendirinya. Nyatanya, dunia perantauan itu bertahan hingga detik ini. Bahkan sampai beranak pinak, membuat pijakan sendiri di tempat yang baru.

dokumentasi WAG
dokumentasi WAG
Sementara ibunya, sudah beberapa kali menjenguk (mengingat lokasi Pesantren tidak berbeda kota). Saya memaklumi, mungkin bawaan kangen dengan anak masih besar. Tapi saya yakin, seiring berjalannya waktu, lama lama ibunya terbiasa. Bahwa anaknya, sedang memproses dirinya menjadi lebih baik. Amin.

Pada saat si ibu bertemu dengan anak, saya menyempatkan diri video call. Menanyakan kabar, mengulik kegiatan dilakukan dalam seharian. Hal yang sama pernah saya lakukan, ketika anak masih di rumah. Malam menjelang tidur, dulu saya kerap menanyakan, apa yang sudah dilalui anak dalam seharian.

Biasanya video call tidak sampai 5 menit, saya bisa menyimpulkan keadaan anak. Bahwa anak lanang happy, menikmati lingkungan yang baru, bisa mengatasi masalahnya sendiri, semua dalam kondisi tidak mengkhawatirkan.

Baru ketika malam hari di rumah, ibunya berkisah panjang lebar pertemuan itu. Apa yang didapati dari anak kesayangan, pun perubahan-perubahan yang dirasa cukup menggembirakan.

"Kakak nggak mau tasnya diganti," ujar istri sembari mengeluarkan bawaan.

Dari sekian cerita, ada hal yang menohok ulu hati. Bahwa kekawatiran orang tua atas anaknya, sebenarnya tidak usah terlalu dituruti. Misalnya, membawakan baju hangat agar anak agar tidak kedinginan, membawa sarung cadangan biar bisa gonta ganti, membelikan makanan, camilan dan sebagainya.

Saya paham, semua dilakukan orang tua dengan maksud baik. Tapi, anak belum tentu membutuhkan itu semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun