Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Persiapkan Diri Sebelum Anak Masuk Pesantren

9 Juli 2018   11:19 Diperbarui: 9 Juli 2018   13:01 4616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun ada hal lain didapati anak, yaitu pendidikan kemandirian dari kegiatan keseharian tersebut. Seperti mandi tanpa disuruh -- seperti kalau di rumah--, makan harus ambil sendiri, nyuci (terutama pakaian dalam) dan peralatan makan dikerjakan sendiri. Beberapa hal saya sebutkan, bisa jadi jarang dilakukan anak kalau masih ada di rumah.

Koleksi pribadi
Koleksi pribadi
Pendidikan Karakter

Saya cukup kaget, ketika menjenguk anak di pesantren. Anak saya makan dengan tempe balado, tampak lahap dimakan sampai tak bersisa. Padahal dengan menu yang sama, dulu dia tidak doyan saat masih di rumah. Perubahan ini menggugah perasaan, mengingat anak ini dulu cukup pemilih dalam soal menu makanan.

Pada orang yang lebih tua, anak-anak diajarkan hormat. Pada orang tua -- ayah dan ibu teman anak lain--, juga dihormati layaknya orang tua sendiri. Hal ini tampak, ketika saya datang menjenguk, teman-teman anak saya ikut menghampiri dan salaman -- sambil menempelkan ujung hidung di bahu tangan saya.

Ada peraturan di pesantren, anak tidak boleh memegang handphone, sehingga komunikasi tidak bisa dilakukan seenak hati, ada jadwalnya telah ditentukan pihak pesantren. Hal ini membuat perubahan sekecil apapun pada anak, bisa didapati saat jadwal berkunjung orang tua. Saya membayangkan, bagaimana dengan anak yang bertahun-tahun tinggal di pesanten. Karakter ini akan tertanamkan dan terpupuk, hingga mereka dewasa dan terjun ke masyarakat.

-00o00-

Dari obrolan dengan anak setiap kunjungan, saya merasakan perubahan terjadi pada anak saya. Membuat saya  berketetapan hati, terus belajar dan mengembangkan diri sendiri, agar bisa mengimbangi anak. Pun para pendidik, selalu membuka ruang diskusi, melalui group WA yang sudah dibuatkan.

Pasti masih banyak persiapan, yang bisa jadi terlewat dari tulisan ini. Namun, secara garis besar setidaknya terwakili melalui artikel sederhana ini. Semoga di lain kesempatan, saya bisa mengisahkan hal lain dari sudut pandang orang tua, yang memiliki anak menuntut ilmu di Pondok Pesantren.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun