Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Akibat Ketiduran Saat Kuliah Subuh

22 Mei 2018   13:11 Diperbarui: 23 Mei 2018   02:43 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana jelang Ramadan -dokpri

 

Kami anak desa minim hiburan, tak terlalu banyak pilihan kegiatan kecuali yang itu itu saja. Rentang tahun 80-90, desa kami -- di dekat perbatasan Jawa Timur Jawa Tengah -- masih sedikit alat transportasi ke kota. Bagi kami anak-anak, belum tentu sebulan sekali pergi ke kota Kabupaten. Televisi alat hiburan satu-satunya, TVRI sebagai Channel yang tidak bisa diganti --karena belum ada saluran televisi swasta. Selain televisi, hiburan yang kami nanti-nantikan adalah bioskop layar tancap atau misbar-- tapi belum tentu dua atau tiga bulan ada layar tancap.

So, moment apapun yang tengah berlangsung di kampung kecil, -- sebagian besar -- kami turut menjalani dengan suka cita. Termasuk datangnya bulan Ramadan, kami lalui dengan banyak (ikut-ikutan) berkegiatan di masjid dan atau mushola terdekat, selama nyaris tigapuluh hari penuh. Sebenarnya bukan karena kami (tepatnya saya) anak-anak yang rajin beribadah, karena memang tidak ada pilihan kegiatan lain. Selama puasa sekolah banyak liburnya, malam hari kami tidak membuka buku untuk belajar, akhirnya masjid menjadi tempat (pelarian) yang tepat untuk berkegiatan.

Apakah kami khusyu beribadah? Hmm, sebenarnya bukan itu tujuan utama kami -- para bocah -- ke masjid, hehehe.  Ke Masjid hanya mencari alasan, untuk bisa bertemu, berkumpul dan ngobrol dengan teman seumuran, ujung-ujungnya bisa main bareng -- tuh kan modus, hehehe.

Kegiatan Ramadan seperti bukber, sholat taraweh, tadarusan, sholat subuh berjamaah dilanjutkan kuliah subuh, peringatan Nuzulul Quran, adalah saat kami bisa kumpul teman sepermainan. Di semua kegiatan yang diadakan masjid, nyaris selalu ada anak-anak ( yang ngerecokin, hehehe)

Maka ketika pertengahan Ramadan, umumnya shaf di masjid mulai maju ditinggal para jamaah dewasa, kami anak-anak tetap bergeming. Meski tak semua anggota anak-anak lengkap, setidaknya bergantian dan sebagian besar ada di masjid.

muchsinbudiono.com
muchsinbudiono.com
Memang secara fisik kami ada di masjid, tapi ketika para orang dewasa khusyu sholat, di shaf belakang kami (anak-anak) cekikikan menahan tawa. Ada saja ide atau guyon anak-anak, mulai dari gontok-gontokan, sikut-sikutan, isengin teman (persis seperti halnya kita lihat anak-anak sekarang).

Serambi masjid menjadi daerah nyaman, saat berlangsung khutbah antara sholat taraweh dan sholat witir. Pun pada malam peringatan Nuzulul Quran, serambi menjadi kawasan 'dikuasai' anak-anak. Kami  betah berlama-lama di area masjid hingga larut, bermain dan bersenda gurau khas anak-anak.

-00o00-

ayah dan anak sedang taraweh -dokpri
ayah dan anak sedang taraweh -dokpri
Ramadan --kala itu-- sudah berada dipertengahan, sekolah (dari SD sampai SMU) sudah mulai libur. Meski jamaah dewasa jatuh 'berguguran' semangat ibadahnya, nyatanya jumlah anak-anak belum berkurang secara signifikan. Kalau dihitung, ada sekitar lima belasan anak kelas tiga sampai enam SD.

Pagi itu selesai sholat subuh, para orang dewasa tekun menyimak khutbah atau kuliah subuh dari khatib. Seperti  biasanya, kami duduk bergerombol di sudut belakang masjid. Tak jauh dari tempat anak-anak, ada sekumpulan anak remaja (usia anak SMP) juga duduk berkelompok. Karena masih subuh, biasanya  anak-anak jarang ribut saat khutbah berlangsung. Tapi jangan salah, kami anteng bukan sedang menyimak, sesungguhnya kami tertidur, hahaha. Hal yang sama juga dilakukan kelompok anak remaja, mereka banyak yang tertidur.

Namun entahlah, pagi itu --tumben-tumbennya-- kantuk tidak menyerang saat khutbah sedang berlangsung. Saya tergelitik dengan ulah satu orang di group remaja, sepertinya memang ada yang sudah niat ngerjain teman lain yang sedang tertidur.

Saat khutbah berlangsung, si remaja --- iseng -- sudah menyiapkan karet gelang -- saya yakin sengaja dibawa dari rumah. Sementara satu teman lain -- yang rambutnya gondrong -- tertidur,  menjadi sasaran melancarkan keisengannya. Rambut gondrong itu dikucir, menjadi dua bagian kanan dan kiri dengan posisi agak ke atas.

Keisengan belum selesai, si remaja ini --sempat-sempatnya- membawa bungkusan plastik kecil--  entah berisi tepung atau bedak. Si teman yang masih tertidur pulas, akhirnya dibedakin di dua pipinya.

Saya dan beberapa teman yang tidak tidur, sontak cekikikan melihat keisengan kelompok remaja ini. Bagi kami (anak-anak kala itu), tak pernah terbetik ide ngerjain teman separah ini. Keisengan kami anak-anak, sebatas ngumpetin sarung atau sandal.

Pada ujung khutbah dilanjutkan doa, barulah jamah sholat subuh bubar, termasuk anak-anak yang tertidur dibangunkan dan ikut pulang. Begitu keluar dan menuju sandal masing-masing, seisi jamaah masjid dibuat tersenyum senyum.

Satu remaja yang menjadi korban keisengan, tidak sadar kalau dirinya berubah penampilan menjadi aneh seperti badut. Dirinya baru sadar, setelah menjadi obyek perhatian dan ada satu jamaah dewasa yang nyeletuk. "dandannya cantik ya,' hahaha.

Agung Han

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun