Namun entahlah, pagi itu --tumben-tumbennya-- kantuk tidak menyerang saat khutbah sedang berlangsung. Saya tergelitik dengan ulah satu orang di group remaja, sepertinya memang ada yang sudah niat ngerjain teman lain yang sedang tertidur.
Saat khutbah berlangsung, si remaja --- iseng -- sudah menyiapkan karet gelang -- saya yakin sengaja dibawa dari rumah. Sementara satu teman lain -- yang rambutnya gondrong -- tertidur, Â menjadi sasaran melancarkan keisengannya. Rambut gondrong itu dikucir, menjadi dua bagian kanan dan kiri dengan posisi agak ke atas.
Keisengan belum selesai, si remaja ini --sempat-sempatnya- membawa bungkusan plastik kecil-- Â entah berisi tepung atau bedak. Si teman yang masih tertidur pulas, akhirnya dibedakin di dua pipinya.
Saya dan beberapa teman yang tidak tidur, sontak cekikikan melihat keisengan kelompok remaja ini. Bagi kami (anak-anak kala itu), tak pernah terbetik ide ngerjain teman separah ini. Keisengan kami anak-anak, sebatas ngumpetin sarung atau sandal.
Pada ujung khutbah dilanjutkan doa, barulah jamah sholat subuh bubar, termasuk anak-anak yang tertidur dibangunkan dan ikut pulang. Begitu keluar dan menuju sandal masing-masing, seisi jamaah masjid dibuat tersenyum senyum.
Satu remaja yang menjadi korban keisengan, tidak sadar kalau dirinya berubah penampilan menjadi aneh seperti badut. Dirinya baru sadar, setelah menjadi obyek perhatian dan ada satu jamaah dewasa yang nyeletuk. "dandannya cantik ya,' hahaha.