Akibat sikap ibu tersebut, banyak pelanggan enggan belanja di warung lain. Rasanya prinsip ibu saya, masih aktual dijalankan pedagang masa kini dan mendatang.
Bagi sahabat RPK terdaftar, akan mendapat support seperti spanduk "Sahabat RPK" dan spanduk "Harga Penjualan Komoditas Bahan Pangan". Tidak hanya sampai di situ, selalu disediakan sarana konsultasi tentang pengembangan bisnis komoditi outlet Sahabat RPK.
Bagi Kompasianer yang tertarik menjadi Sahabat RPK, bisa mengunjungi website bulog.co,id atau bisa melalui medsos Fb ; Rumah Pangan Kita, Twitter @rumahpangankita, IG @rpk_bulog.
-00o00-
Seperti kebiasaan ibu rumah tangga pada umumnya, setiap pagi istri menjadi penguasa dapur. Menyiapkan menu sarapan pagi, sekaligus bekal sekolah -- anak-anak sekolah sampai jam 15, sehingga makan siang di sekolah--.
Ngeteh pagi bersanding gorengan, menjadi kegiatan yang paling resep ( huruf "e" dibaca seperti "e" pada kata Salep). Sembari menunggu anak-anak mandi dan berkemas, kami sempat menguyah satu dua gorengan dan menyeruput beberapa teguk teh manis anget.
"Yah, itu tempe tepung kan pakai 'Tepung Kita', gorengnya pakai 'Minyak Kita' dan teh manis itu pakai 'Manis Kita', bagaimana enak ga?" mendadak pagi itu istri bak bintang iklan produk RPK.
"Enak," Jawab saya singkat. Â Terus terang, saya tidak terlalu bisa membedakan, citarasa makanan yang diolah dengan bahan merk tertentu. Bagi saya, rasa makanan ya memang begitu.
Pagi itu, saya masih terheran-heran dengan sikap istri, mendadak fasih menjelaskan produk RPK, berdasarkan pengalaman pribadi. Sembari saya menebak, ujung dari penjelasan panjang yang dikemukakan belahan jiwa.Â
Satu dasawarsa lebih usia pernikahan, membuat saya hafal kebiasaan istri kalau sudah bicara panjang lebar.