Sejak peristiwa dini hari memilukan, tumbuh semangat kuat untuk berubah. Saya segera mendatangi dokter, melakukan serangkaian medical check up. Niat  berubah semakin membulat, mendengar statment dokter tentang potensi terjadi pelemakan pada hati.
Keesokan hari sepulang dari dokter dan ahli nutrisi, segala petuah tercatat dijalankan. Aneka gorengan, kue manis dan makanan sejenis disingkirkan, menggantinya dengan konsumsi sayur, atau memperbanyak asupan realfood. Apa itu makanan realfood, adalah makanan asli yang datang dari alam tanpa diolah tangan manusia.
Seperti buah-buahan yang matang di pohon, itu adalah makanan sejati yang masih asli. Buah matang di pohon, adalah makanan yang tumbuh di bumi dan diolah sinar matahari.
Sumber karbohidrat juga diperhatikan, biasanya dari nasi putih kemudian diganti dengan karbohidrat yang datang dari umbi-umbian. Minuman softdrink, atau dicampur dengan gula disingkirkan, beralih kepada air putih atau air mineral.
Tepatnya bukan menghilangkan sama sekali, sesekali pengin makan nasi putih, gorengan atau minum softdrink masih diperbolehkan. Asal makan sedikit atau seperlunya, sekedar menghilangkan rasa kepingin. Jangan keterusan lho, bisa-bisa gagal diet tidak jadi sehat deh.
O'ya, tidak lupa aktif bergerak. Setiap pagi saya jalan cepat, seperti saran ahli olah raga, berjalan seperti sedang terburu-buru. Selain itu dimodifikasi dengan jogging dan senam, biasanya saya lakukan pada akhir pekan.
Sebulan dua bulan berlalu, perlahan tapi pasti ada yang berubah dengan badan ini. Nafas yang semula gampang ngos-ngosan, rutinitas kerokan, gampang capek dan masuk angin satu persatu lenyap.
Terhitung satu setengah tahun berjalan, gaya hidup dan pola makan baru dengan tekun diterapkan. Kini tubuh tambun, perut buncit, berganti mendekati ideal. Baju dan celana lama tersimpan di lemari, kalau dipakai mulai tampak kedodoran.