Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang Tua Harus Bangga dengan Anaknya

22 September 2017   17:30 Diperbarui: 22 September 2017   17:38 1937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak menjadi permata hati, kehadirannya pasti sangat dinanti-nanti. Anak sebagai pelipur hati yang lara, saat ayah dan atau ibu sedang dilanda nestapa. Konon kalau suami istri sedang berantem, anak bisa menjadi perekatnya.

Manusia dengan segala keterbatasan, dianugerahi kesedihan dan kesenangan bergantian. Pun meski sudah menjadi orang tua, tetaplah butuh sumber penyemangat. Muasal kebahagiaan menjadi energi, bisa didapatkan ayah dan atau ibu dari anak-anaknya.

Maka bagi para orang tua, jangan sekali kali menyia-nyiakan anak. Kehadiran mereka di dunia fana, ada karena buah cinta ayah dan ibunya. Allah memberi cobaan sesuai kemampuan setiap orang, kehadiran anak bisa menjadi anugerah sekaligus ujian.

Perasaan ini miris, kalau mendengar, melihat, membaca berita tentang anak yang dibuang, anak ditelantarkan dan sebagainya oleh orang tua kandungnya. Sementara banyak saudara kita, masih diuji kesabaran dakan menanti kehadiran buah hati.

Rasanya ironis, satu orang sangat berharap buah hati, sementara ada orang yang tega bersikap aniaya pada anak sendiri.

-0o0-

lifestylediary(dot)com
lifestylediary(dot)com
Ada satu penyanyi senior, saya sangat kagum dengan sikapnya dalam mendidik putra-putrinya. Dari pernikahan dengan aktor terkenal, beliau melahirkan empat putra putri kesayangan.

Dua anak berkebutuhan khusus pada indera pendengaran, dua lainnya dianugrahi panca indera lengkap. Satu putri yang tuli sekaligus anak sulung pernah menikah, kini sudah almarhumah setelah opname di rumah sakit.

Setelah pernikahan pertama kandas, penyanyi senior ternama ini menikah yang kedua kali. Saya yakin, Kompasianers mungkin sudah mengetahui artis yang dimaksud. Tapi, saya tidak sedang ingin menyebut nama beliau.

Terkait dengan pola pengasuhan diterapkan, ada yang membuat kagum saya tak berkesudahan. Sungguh saya ingin sekali belajar, menjadi orang tua setangguh ibu ini.

Dalam sebuah acara saya turut menyimak, beliau berkisah tentang suka duka dalam menumbuhkan tekad belajar pada dua anak istimewanya.

Pernah ada peristiwa mengesankan, saat anak tuna rungu menghendaki suatu barang. Si ibu tak mau serta merta memberikan, kecuali sang anak memenuhi syarat ditentukan.

Lekaki muda dan tampan, dibuat kecapekan oleh ibunya saat disuruh mengucap kata "Pulang". Dengan keterbatasan dimiliki, anak ini susah melafalkan kata dimaksud yang diucapkan adalah kata "Pula' tanpa huruf 'NG' di belakangnya.

Saya bisa merasakan, pasti si anak kesulitan sekali mengikuti kemauan sang ibu. Dasar ibu tak mau putus asa, bersikeras anak mengulang kata dimaksud, agar sempurna menjadi kata "Pulang."

Bayangkan sendiri, setelah dua jam berlalu, kata "Pulang" berhasil dilafalkan pada detik detik terakhir.

Barang diingini si anak diserahkan, namun karena terlanjur kesal barang tersebut dilempar kepada ibunya. "kening saya robek dan berdarah" kisah ibu luar biasa ini---hiks saya terharu.

Mungkin Kompasianers  pernah mendengar, sebuah kalimat keren 'Hasil tidak pernah mengkhianati usaha.' Jerih payah sang ibu benar tidak sia-sia, putra kesayangan berkebutuhan khusus ini kini tumbuh dewasa dan berprestasi.

Pernah diundang di forum international, menjadi pembicara di sebuah event bergengsi.  Sepak terjangnya sebagai anak muda terlihat, anak ini ingin memperjuangkan hak bagi kaum tuli.

Coba Kompasianer perhatikan, kini di beberapa acara televisi sudah ada juru bahasa isyarat. Terutama pada siaran berita, juru bahasa ini membantu saudara kita yang tuli mengikuti perkembangan dunia.

'Sebagai orang tua, apapun keadaannya kita harus bangga dengan anak sendiri. Kalau kiat tidak bangga, orang lain akan merendahkan' ucap si ibu dengan wajah optimis. Kalimat ini menghunjam di benak, membuat saya malu berhenti belajar menjadi orang tua.

Ayah dan ibu Kompasianers, yuk bersama sama belajar dan belajar menjadi orang tua yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun