Peristiwa kehilangan pulpen, bisa menjadi kesempatan melatih anak bertanggung jawab. Diajak anak mengingat-ingat kronologis, dari pertama pulen dibawa sampai di mana puplen dilepaskan.
Dikritik temen tentang bekal makanan yang itu itu saja, tentu menjadi masalah serius buat buah hati. Orang tua tidak boleh menyepelekan, hanya menganggap makanan saja dipersoalkan. Justru bisa menjadi sarana melatih anak mengemukakan ide, sebaiknya makanan seperti apa dibawa sebagai bekal.
Semua masalah anak-anak, tetap serius dari kacamata anak-anak. Kita tidak boleh melihat permasalahan anak, memakai sudut pandang kita orang tua.
*Kembali ke masalah diajak ngobrol anak*
Belakangan semakin menjadi-jadi, kalau ke warung suka mengambil jajan langsung dimasukkan saku. Bahkan pernah diajak ke supermarket, mengambil cokelat atau snack diumpetin dalam jaket -- kasihan banget ya.
Kebetulan kami mengenal anak ini sekaligus orang tuanya, sedang memikirkan bagaimana cara menyampaikan hal ini ke orang tuanya. Sehingga efektif, paling utama tidak menyinggung perasaan. Sembari berkesimpulan, bahwa pasti ada masalah komunikasi antara anak dan orang tua.
Bisa jadi, ketika anak sedang bercerita orang tua enggan menyimak. Sehingga anak merasa tidak diperhatikan, merasa tidak ada tempat berbagi perasaan. Akhirnya mencari pelampiasan di tenpat lain, dengan melakukan perbuatan yang tidak terpuji.
Sejak mendengar kisah ini, saya dan istri sepakat untuk introspeksi diri. Sesibuk atau sepenting apapun urusan orang tua, komunikasi dengan anak tidak bisa dinomorduakan.
Ketika anak datang dan bercerita, lekas pasang telinga dan beri perhatian penuh. Letakkan segera handphone, cepat padang wajah anak dan simak ceritanya.
"kakak, beri kesempatan ayah membalas WA sekali saja setelah itu kakak mulai cerita"