-0o0-
Bisa saja dalam beberapa bulan, atau bisa saja muncul hanya setahun awal pernikahan. Semua tergantung setiap pasangan, bagaimana memupuk dan memelihara keindahan perkawinan.
Eh tapi jangan salah lho, keindahan perkawinan itu ada yang bertahan sepanjang usia pernikahan---keren kan (Saya kerap iri dan ingin belajar, pada kakek nenek yang masih mempertahankan kemesraaan dan rukun).
-000-
Layaknya sebuah hubungan, mustahil kalau suami istri tidak pernah berantem. Semesra-mesranya pasangan suami istri, tetaplah hakekatnya dua orang berbeda. Memiliki isi kepala tidak sama, memiliki kemauan dan keinginan untuk dipenuhi.
Pasti ada saat, berbeda pendapat dan pemikiran. Nah kalau sudah begini, namanya marahan tidak bisa dielakkan.
Mulai merasakan kerikil kerikil permasalahan, mewarnai perjalanan rumah tangga yang harus dilewati bersama. Seiring berjalannya waktu, suami dan atau istri dengan pennuh kesadaran mau introspeksi.
Yup, introspeksi sebagai solusi, agar sebuahh pasangan bisa terus bergandenganan tangan. Marahan suami istri itu wajar, tapi jangan lama lama dan berlarut larut. Kalau masih tidak ada yang mengalah, berarti pasangan ini belum berhasil mengendalikan ego.
Marahan suami istri tetap diperlukan, selama outputdidapat adalah peningkatan sikap saling memahami. Ada kala tidak bagus memendam perasaan, semakin cepat diutarakan semua masalah cepat kelar dan diselesaikan.
Suami istri yang terlihat mesra sekalipun, saya yakin mereka pasti pernah berbeda pendapat. Namun perbedaan itulah yang mengeratkan mereka, setelah bisa mengelola dan mengkompromikan.