Malam itu setelah enam bulan berlalu, rupanya kisah segelas minuman tumpah itu masih saja dikisahkan kembali. Gadis ini mengingat betul detik ke detik berjalan, bagaimana kata kata dan sikap si ayah ditunjukkan kala itu. Secara detil kalimat itu sama persis, sampai menu kesukaan tak dimakan meski ada didekatnya.
"Ayah minta maaf ya sayang."Â
Setiap kali kisah itu diungkit kata maaf mengiringi, terucap dari bibir ayah sembari menyesal.
"Tapi, setelah itu ayah kan jarang marah"
Kepalanya mengangguk, tubuh kecil dipeluk, punggung belakang dielus elus menghadirkan rasa nyaman.
Ayah dan bunda, sebagai orang tua sangat penting mengelola kemarahan terlebih pada buah hati sendiri. Rasa tidak nyaman dengan keadaan, tidak musti ditunjukkan dengan mata melotot dan kata kata pedas.
Namanya manusia boleh saja marah, namun sebaiknya tidak ditampakkan saat itu juga. Beri waktu pada diri sendiri, sejenak mengendapkan rasa amarah dan memberi kesempatan akal mencerna situasi.
Kalau sudah dapat mengatasi keadaan, biasanya meskipun ada rasa marah, kalimat dan sikap yang keluar relatif bisa terkontrol.
Anak anak akan merekam semua sikap orang tua, bisa jadi sikap ayah ibunya akan ditiru saat mereka berada pada kondisi yang sama. Apa tidak menyesal, kalau nantinya anak-anak gampang marah karena mencontoh perilaku orang tuanya.
Psikolog pernah mengatakan, bahwa anak anak adalah peniru ulung itu benar adanya. Ketika mendapati anak mudah marah dan susah dinasehati, sangat perlu orang tuanya segera introspeksi diri.
Ayah bunda yang baik, jangan gampang marah pada buah hati ya, Please !!