Saya si kepala keluarga, telah membuat perasaan nelangsa pada buah hati. Saat itu juga tumbuh keputusan baru, ingin mengembalikan kondisi agar normal seperti sediakala.
Setelah lebih lima menit berlalu, si ayah keluar restroom dan duduk di kursi yang sejak awal masuk rumah makan ditempati. Duduk berhadapan dengan gadis itu, matanya tak berani menatap dan pandangannya selalu menghindar dari ayahnya.
Perasaan bersalah ayah semakin menjadi jadi, batu karang yang sangat keras dan tahan ombak sekalipun dijamin langsung meleleh.
"Adik mau pesan apa lagi" suara lembut terdengar.
Kepala itu menggeleng tanpa mengeluarkan suara, sesenggukannya semakin hebat tak bisa ditahan lagi. Ayah bangkit mendekati buah hati, memeluk menggendong dan memindahkan tubuh kecil di atas pangkuan.
Ayah dan gadis kecil dalam satu kursi, tangan lelaki paruh baya mengelus kepala terbalut kerudung berbahan kaos. Sungguh saya ingin menebus kesalahan, menimang hati terkoyak dengan sikap terbaik ditunjukkan.
Makan bersama dari satu piring yang sama, mencarikan suasana kaku sempat terciptakan. Rasa sayang itu semakin mendalam saja, bahkan saat mengingat drama rumah makan setelah waktu jauh berjalan.
-0o0-
"Gak tau" jawabnya sok berteka teki
"Kok Ga tau"