"Niat pemerintah sebenarnya sudah bagus, kok ya ada saja yang memanfaatkan" gerutu seorang bapak.
Mendengar kekesalan pemudik yang satu bus, saya bersyukur sekali naik bus langsung duduk di kursi tanpa disuruh pindah bus lain. Hal ini tak berlangsung lama, sekitar enampuluh menit kerepotan sudah mulai mereda.
Ketika kursi demi kursi bus terisi, keringat mulai keluar membasahi kaos dan rambut. Pak Supir yang melihat penumpang kipas kipas dengan kertas atau tangan, langsung menghidupkan mesin dan menyalakan AC.
-0o0-
Suasana  keberangkatan yang cukup mengesankan, personel bus dengan sigap mendata satu persatu penumpang. Saya yang ada di kursi bagian belakang cukup lega, tiga kursi berjajar bisa dipakai untuk dua orang.
Setiap penumpang mendapat jatah snack, bisa ditukar dengan menunjukkan kupon yang ada di karcis bus.Â
Hiburan berupa musik cukup mencairkan suasana, mengusir rasa penat dan bosan selama perjalanan. Nyaris televisi menampilkan karaoke tak pernah dimatikan, beberapa penumpang tampak mengikuti lagu yang diputar.
Bus yang saya tumpangi melewati jalur utara, pada H- 3 lebaran lalu lintas relatif tidak macet. Bus sangat jarang berhenti karena berpapasan dengan kendaraan lain, atau terjadi penambahan volume kendaraan. Secara keseluruhan kondisi jalan cukup bagus alias tidak ada yang rusak, benar benar beda dibanding tahun sebelumnya.
Sekitar jam setengah empat sore bus berhenti istirahat, sebagian kami memanfaatkan untuk sholat ashar. Sementara penumpang lain ada yang sudah makan, mulai anak-anak, remaja, dewasa, laki atau perempuan membuka bekal yang dibawa.
Sontak aroma makanan memenuhi dalam bus, bau rendang, keripik kentang, tempe bacem, snack anak-anak menyengat hidung. Penumpang dewasa tak sungkan makan, padahal hari masih masuk bulan puasa- tapi sudahlah urusan masing-masing.