“Iya Ayah, adik mau puasa sehari penuh” jawabnya datar tanpa paksaan
Saya tersenyum simpul, terselinap perasaan lega mendengar pernyataan ini. Namun tugas belumlah selesai, tentang menjaga niat puasa agar kuat di hari pelaksanaan puasa. Apalagi pada hari pertama Ramadan, lambung dan pencernaan gadis ini sangat butuh adaptasi.
-0o0-
Suara takbir menggema di sepanjang jalan komplek, dari suara polos anak-anak dan remaja. Takbir yang menyejukkan kalbu, menghadirkan suasana berbeda namun penuh kekhusyuan.
Malam pertama Ramadan ditunaikan sholat taraweh, si kecil berbaur gembira penuh suka cita sambut Ramadan. Sesampai di rumah si ayah membimbingnya niat berpuasa, besar harapan puasa tahun ini menjadi moment tak terlupakan.
Sebagai manusia biasa sekaligus seorang ayah, ingin bisa menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Membimbing anak-anak tahu kewajiban menjalankan perintah agama, yang akan menjadi pegangan seumur hidup di dunia fana.
Bukankah ayah si kepala keluarga, punya tanggung jawab besar terhadap seluruh anggota keluarganya. Terhadap istri dan anak-anak yang belum baliq (dewasa), ayah memegang peranan penting bagi pembentukan akhlak.
Sahur hari pertama si kecil ikut bangun, karena ngantuk minta disuapi sambil duduk di depan televisi. Awal Ramadan kebetulan sekolah diliburkan, setelah sholat subuh kami biarkan tidur dan bangun siang.
“Sebentar lagi adzan ashar, setelah sholat kita ngabuburit yuk”