Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Puasa Seharian, Ternyata Tidak Berat

30 Mei 2017   06:24 Diperbarui: 30 Mei 2017   07:00 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Iya Ayah, adik mau puasa sehari penuh” jawabnya datar tanpa paksaan

Saya tersenyum simpul, terselinap perasaan lega mendengar pernyataan ini.  Namun tugas belumlah selesai,  tentang menjaga niat puasa agar kuat di hari pelaksanaan puasa. Apalagi pada hari pertama Ramadan, lambung dan pencernaan gadis ini sangat butuh adaptasi.

-0o0-

illustrasi-dokpri
illustrasi-dokpri
Sehari jelang Ramadan, pengurus RT mengadakan pawai obor keliling perumahan. Gadis saya terlihat bersemangat dan riang, berbaur dengan teman seumuran  berbaris membawa lampion yang disiapkan remaja masjid.

Suara takbir menggema di sepanjang jalan komplek, dari suara polos anak-anak dan remaja. Takbir yang menyejukkan kalbu, menghadirkan suasana berbeda namun penuh kekhusyuan.

Malam pertama Ramadan ditunaikan sholat taraweh, si kecil berbaur gembira penuh suka cita sambut Ramadan. Sesampai di rumah si ayah membimbingnya niat berpuasa, besar harapan puasa tahun ini menjadi moment tak terlupakan.

Sebagai manusia biasa sekaligus seorang ayah, ingin bisa menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Membimbing anak-anak tahu kewajiban menjalankan perintah agama, yang akan menjadi pegangan seumur hidup di dunia fana.

Bukankah ayah si kepala keluarga, punya tanggung jawab besar terhadap seluruh anggota keluarganya. Terhadap istri dan anak-anak yang belum baliq (dewasa), ayah memegang peranan penting bagi pembentukan akhlak.

Sahur hari pertama si kecil ikut bangun, karena ngantuk minta disuapi sambil duduk di depan televisi.  Awal Ramadan kebetulan sekolah diliburkan, setelah sholat subuh kami biarkan tidur dan bangun siang.

Ngabuburit ayah dan anak -dokpri
Ngabuburit ayah dan anak -dokpri
Sampai adzan duhur terdengar masih adem ayem, beberapa kali langkahnya menuju dapur merapat ke kulkas. Ibunya seperti petugas jaga, mengingatkan kalau adik sedang puasa. Tersirat wajah kesal, ketika tangan itu mengambil biscuit kemudian diletakkan kembali.

“Sebentar lagi adzan ashar, setelah sholat kita ngabuburit yuk”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun