Soup buah dengan warna syrup merah, berpadu kuning kehijauan potongan alpukat. Terdapat warna putih dari daging kelapa muda, bulat bulat merah kekuningan dari buah pepaya. Masih juga dicampur potongan buah naga, buah lychee, dan lain-lainnya.
Niat semula cuma lewat doang, gara gara bola mata terkesima warna warni soup buah langsung pengin beli. Semantara di rumah sudah ada makanan lain, belum juga dimakan habis.
Nah ini yang disebut lapar mata, atau rasa lapar yang diakibatkan dari indera mata/ penglihatan. Sebenarnya kalaupun bersikeras tidak membeli, tidak masalah karena perut belum minta jatah diisi.
Lapar Hidung
Seperti namanya, lapar hidung muncul bermula dari indera penciuman. Seperti saat melintas di arena food court, langsung “Seeeng” mengendus aroma harum makanan tertentu. Entah aroma bumbu dari nasi goreng, bihun goreng, martabak telur, atau aroma makanan lainnya.
Langkah yang terburu-buru sontak berhenti, kemudian berbelok mencari sumber bau menggoda. Lambung yang sudah diisi makananpun, ‘dipaksa’ menampung kembali asupan baru.
Padahal kalaupun tidak lapar hidung, tidak makan juga tidak masalah lho. Karena memang perut tidak sedang lapar, lambung juga sudah diisi dengan makanan lain sebelumnya.
Lapar Lidah
Kalau sedang ada acara kuliner, sering dong ditawarin tester makanan tertentu. Siapa sih yang tega menolak, sampling makanan unik gratis lagi. Maka tangan ini mencomot, sepotong dua potong makanan tester tersebut.
Karena lidah merasakan taste enak, alhasil membeli satu dua porsi untuk dikonsumsi. Kalau memang belum makan/ lapar sih ga masalah, asal tidak dilanjutkan sesi makan berkutnya.
Perut. Tapi kalau sudah makan kemudian makan lagi, hal ini sudah masuk kategori lapar lidah.