Sebagus apapun nasehat tersampaikan, tiada arti ketika penyampainya berkhianat. Lunturlah wibawa si penasehat, ketika ucapannya dilanggar sendiri. Seindah apapun bahasa terangkai, hilang makna ketika si pengucap mengingkari yang diucapkan.
Abdullah bin Amir berkata, Ibu memanggil saya, sementara Rasulullah berada di rumah kami.
“Anakku kemarilah! Saya akan memberi sesuatu kepadamu.”
Rasul bertanya,” Apakah yang hendak engkau berikan kepadanya?”
“Kurma”
Beliau pun bersabda, “Jika engkau tidak memberi sesuatu, maka telah ditulis satu dusta bagimu.”
Menilik kisah yang sederhana itu, jelas sekali penilaian Rasulullah. Sikap tidak memenuhi janji pada anak termasuk dusta, jangan menganggap remeh janji kepada buah hati.
Janji itu sesuatu yang serius, sebegitu seriusnya hingga dampak bagi pengingkar janji jauh lebih serius. Hilang wibawa para pendusta, lenyap kepercayaan pada orang yang tak bisa dipegang janji.
-o0o-
Menjelang tidur, kala itu sulung saya baru empat tahun. Kebiasaan kami cuci kaki dan gosok gigi, saya ayahnya mendampingi di kamar mandi.
Malam itu ada yang berubah, lelaki kecil sedang meluapkan emosi. Sudut alis saling mendekat, ujung hidung terangkat hendak menyentuh ujung alis. Bibir tipis bergetar, rangkaian kalimat seolah siap diberondongkan. Kata kata itu masih saja ditahan, menunggu waktu tepat memuntahkan.