Pada sebuah blog competition bertema kebiasaan hidup sehat, beruntung nama saya terpilih sebagai pemenang. Saya masih ingat bagaimana girang perasaan ini, ketika dipanggil ke atas panggung menerima hadiah. Kala itu penyelenggara menghadiahi buah, setara dengan separuh berat badan saya.
Cara penyerahan hadiah juga sangat unik, saya dimasukkan dalam sebuah timbangan besar. Timbangan dengan dua bagian, seberang saya diisi kardus kardus buah. Kejadian lucu benar-benar terjadi, campur dan bingung antara malu dan senang.
Bagaimana tidak,
Buah yang diletakkan pada satu sisi timbangan, tak juga mengangkat sisi lain yang berisi saya. Semangka super besar, nanas super berat, apel, jambu, melon, jeruk, buah naga, terus ditumpuk dan ditumpuk.
Tepuh tangan sontak bergemuruh, sembari tawa penonton tak henti melihat saat prosesi penimbangan. Mungkin saja seluruh yang hadir saat itu geli, atau panitia sudah salah memilih pemenangnya—hehehe.
Hingga akhirnya lima kardus besar berisi buah, berhasil menyamai separuh bobot tubuh ini. Pengungkit timbangan terangkat juga, menyelesaikan tugasnya dengan baik. Pada akhir acara dihitung perolehan buah, dari tiga pemenang saya paling banyak membawa pulang buah—hehehe.
Setelah acara timbang badan, beberapa bulan berikutnya masih mendapat kiriman paket buah. Sehingga konsumsi buah bisa rutin, sayapun aktif memposting di sosmed. Beberapa teman sempat melekatkan nama saya, dengan label buah yang kerap saya viralkan—alhamdulillah.
Hingga pada satu lomba menulis lainnya, saya mendapat kesempatan tak terduga. Kebetulan tema lomba tentang kesehatan, termasuk cara “mengusir” lemak dengan cara sehat. Ada sesi konsultasi bersama ahli nutrisi, satu sesi berikutnya konsultasi bersama dokter.
Sungguh terbuka lebar pikiran ini, betapa selama ini gaya hidup saya anut sangat kurang tepat. Termasuk potensi sakit yang terjadi, kalau saja masih mempertahankan cara hidup yang lama.
Terutama dalam hal konsumsi makanan, begitu banyak yang harus dikoreksi. Buah menempati urutan teratas, menjadi konsumsi wajib bersama sayur sayuran. Selain itu ada warning dari ahli nutrisi, saya musti drastis mengurangi asupan karbohidrat hindari gorengan. Makan dan minuman yang manis abaikan, diganti dengan air putih atau sesekali teh tanpa gula.
Mengingat dan menimbang dampak terhadap kesehatan, saya banting stir merubah kebiasaan. Konsumsi nasi diganti dengan umbi-umbian, stop makan gorengan dirubah rebus dan atau panggang. Memperbanyak minum air putih, satu tak boleh kelupaan adalah Olah Raga.
Tak ada ceritanya, upaya menurunkan berat badan hanya dengan merubah pola makan saja. Karena ada pada bagian tertentu di badan, posisi lemak bisa dibilang ngumpet. Seperti pada paha atau lingkar perut, sangat efektif disingkirkan dengan gerakan khusus untuk membakar lemak.
Push up, sit up, gerakan senam, jalan cepat, tidak bisa digantikan kecuali dengan berolah raga. Sementara merubah pola makan atau cara konsumsinya, adalah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Untuk ulasan bagaimana diet ala saya, smoga suatu saat bisa ditulis pada artikel tersendiri.
Kalau mau jujur, perubahan berat badan ini bermula dari ngeblog di Kompasiana. Dua tahun berturut-turut pernah terselenggara acara nangkring bersama Sunpride, saya mengikuti nagkring dan blog competition dengan tema buah.
Banyak pencerahan didapati tentang manfaat buah, sekaligus tumbuh niat menerapkan dalam keseharian. Saya rajin mengonsumsi buah. Sekaligus bisa merasakan manfaatnya. Hasilnya berat badan saya drastis turun, baju dan celana mulai longgar dan tentunya lebih sehat. -salam-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H