*kalimat Aling kesimpulannya begini
-Jika satu pohon buruk, bukan berarti seluruh hutan buruk. Dua hari di sekolah baru, Aling seperti menemukan oase di tengah padang pasir. Sekolah ini tidak membedakan suku, agama, ras, budaya sebagai ajang pemisah dan diskriminasi. Pelangi tidak menjadi pelangi, kalau hanya satu warna-.
2. Mata Hati Djoyokardi
Film ini berjenis dolumenter, dialog yang terjadi alami tanpa diarahkan oleh skenario. Berkisah tentang perjuangan Djoyokardi, seorang kakek berusia 83 tahun. Lelaki renta dengan kondisi ekonomi memprihatinkan, namun pekerja keras pemilik hatinya luar biasa.
Djoyokardi hidup dengan satu anak berkebutuhan khusus, diasuh dengan penuh sayang, telaten tanpa mengeluh.
Sambil menyuapi atau menidurkan anak tersayang, tanpa jemu Djoyokardi menghembuskan doa pengharapan--sungguh mengharukan.
-Secara pribadi, film ini sangat mencerahkan dan menyentuh batin saya. Bahwa kondisi papa bukan sebuah halangan, untuk seseorang mengenggam mimpi dan harapan- (saya menjagokan film ini)
3. KUNG (Jalan Menikung)
Perjuangan anak-anak Desa Kihung, Teluk Betung Barat, Bandar Lampung, Â yang kesulitan akses menuju sekolah karena jembatan rusak. Untuk menuju Sekolah Dasar Batu Putu, anak-anak harus turun gunung melewati sungai, menanjak lagi baru sampai sekolah.
Desa Kihung dihuni 55 KK dengan 105 jiwa, sebagian besar penduduk berdagang dan berkebun. Selain itu membuat kolang kaling, di jual ke Bandar Lampung.
Sungguh besar harapan anak-anak, dibangun jembatan agar tak berat menuju sekolah. Termasuk harapan warga, agar roda perekonomian bisa bergerak.