Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Ayah Hebat untuk Anak Hebat

6 Januari 2017   08:39 Diperbarui: 6 Januari 2017   10:08 1394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak menikah dan memiliki anak, buku genre parenting masuk daftar prioritas bacaan. Sampai saya menemukan satu kisah menghunjam kalbu, saya sendiri sangsi apakah kisah ini bisa saya lupakan.

Beberapa kali saya pernah menuliskan, untuk artikel yang berkaitan dengan tema ayah. Sungguh kali ini saya tak mau melewatkan, untuk menceritakan ulang bagi Kompasianers.

Penggalan kisah ini, diambil dari satu bab pada Buku "Semua Ayah adalah Bintang" ditulis Neno W.

Ayah Sejati -dokpri
Ayah Sejati -dokpri
Terkisah seorang ayah didatangi anaknya yang sudah dewasa.

"ada keperluan apa kau kemari, wahai anakku?" tanya sang ayah penuh kasih

"ada urusan keluarga, ayah" Jawab sang anak

Maka Sebatang lampu kecil (alat penerangan satu satunya) yang menyala di ruanganpun dipadamkan. Hanya dengan satu tiupan mulut sang pemimpin besar, menjadi gelap gulita ruangan itu

"Kenapa kita bicara dalam gelap begini, ayah?" tanya anaknya tidak mengerti

"Kita tidak menggunakan fasilitas negara untuk mengurus persoalan keluarga. Bicaralah anakku, apa persoalanmu?"

Petikan mutiara kisah terjadi pada masa lalu, sang ayah adalah Khalifah Umar Ibn Abdul Azis, Khalifah kelima, dengan putra beliau yang datang menghadap. Beliau raja yang amat mengagumkan, sampai datang waktu wafatnya, serigala tidak memakan ternak. Keamanahan beliau dalam menjalankan kepemimpinan mengguncangkan jiwa, menoreh kebenaran yang dianut dan diwarisi oleh para pejalan keadilan.

Penggalan kisah sarat hikmah berulang, pada masa yang berbeda. Seorang bapak tentara yang bermobil milik negara. Sedang menjalankan tugas, melewati pintu sekolah. Seorang anak kecil menghadang, namun bagai tak peduli mobil terus melaju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun