Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Itmamul Khuluq: Petani atau Peternak Itu Pewaris Budaya

23 Oktober 2016   05:00 Diperbarui: 24 Oktober 2016   04:04 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Itmamul Khuluq, Nominator Danamon Awards 2016 - dok.Kompasiana

Berawal dari pertemuan dengan Widodo, seorang peternak burung puyuh yang memproduksi telur puyuh dan sedang kesulitan dalam memasarkan produk telur puyuh. Sebagai seorang sarjana peternakan, Khuluq melihat kebanyakan peternak puyuh di Karanggede memiliki pengetahuan teknis pemberdayaan burung puyuh yang masih sangat rendah dan tertinggal. Pengelolaan peternakan burung puyuh, masih terbilang tradisional sehingga efektivitas kegiatan produksinya rendah dan hasil yang didapatkan kurang maksimal.

Akhirnya pada satu keadaan terbetik ide, tahun 2012 mendirikan Holstein Indonesia untuk menyalurkan kegelisahan. Nama Holstein sengaja dipilih, berasal dari nama sapi bibit unggul penghasil susu terbesar di dunia.

Itmamul Khuluq, Nominator Danamon Awards 2016 - dok.Kompasiana
Itmamul Khuluq, Nominator Danamon Awards 2016 - dok.Kompasiana
Holstein PS akan mengirim telur puyuh -dok Itmamul Khuluq
Holstein PS akan mengirim telur puyuh -dok Itmamul Khuluq
Khuluq memikirkan cara, bagaimana agar nilai jual telur puyuh meningkat. Saat itu peternak hanya menghasilkan bahan baku, alias belum ada inovasi terhadap produk telur puyuh itu sendiri.

Langkah pertama diterapkan, merombak kemasan telur puyuh. Biasanya kemasan satu dus besar, berisi 750 butir telur puyuh.  Kini mulai diubah, satu dus besar tetap berisi 750 butir tapi dibagi lagi dalam bungkusan lebih kecil. Sehingga bisa menjual eceran ke end user, dengan kemasan lebih kecil.

Teori marketing getok tular (mouth to mouth) benar berlaku, nama Itmamul Khuluq dikenal oleh peternak telur puyuh setempat.

"sampai ada image, kalau jual ke Mas Khuluq harga beli lebih mahal dan pasti laku" ujar Pak Khuluq menirukan ucapan peternak.

Setelah penjualan telur puyuh berjalan, ada permintaan dari peternak untuk disediakan  pakan. Itmamul Khuluq kebetulan memiliki teman yang bekerja di pabrik pakan, mencoba contact dan mencari tahu mekanisme pembelian pakan di pabrik.  

Logika sangat masuk akal, kalau membeli pakan dari pabrik dalam jumlah besar harga yang didapat pasti lebih murah. Setelah dirasa cukup waktu dan pertimbangan, Khuluq memberanikan diri membeli pakan satu truk padahal sebelumnya hanya sak-sakan.  Ujian kembali dialami, pakan  satu truk tidak habis dalam jangka waktu dua bulan.

"Istri masih sempat ada guyon, kalau enggak habis nanti pakan ternak kita makan sendiri saja" tawa kami kembali pecah.

Berkat kegiggihan dan mengambil keuntungan minim, akhirnya pakan habis terjual. Nama baik Khuluq kembali terangkat, penjualan pakan mulai meluas. Untuk pembelian telur puyuh, pada awalnya hanya mengandalkan 1 (satu) peternak berdaya serap 10 dus (7.500 butir) per minggu. Pada tahun 2016 ini mampu menyerap 100 dus (75.000 butir) per hari, dengan jumlah peternak sebanyak 90 orang tersebar di 4 kabupaten yaitu Boyolali, Semarang, Sragen dan Magelang.

Selain mampu memasarkan hasil produksi peternak disekitarnya, Holstein juga mampu menyerap produk telur puyuh dari wilayah Tulungagung dan Blitar (Jawa Timur).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun