"Hadirnya ekonomi kreatif sebenarnya sudah lama, tapi menjadi booming pada 5 tahun lalu dan dikukuhkan Kementrian Ekonomi Kreatif" Ujar Ibu Erda di awal presentasi
Tidak ada tourism tanpa ekonomi kreatif, karena ekonomi kreatif adalah sektor yang sangat mendukung pariswisata. Kreatifitas dalam industri travel sangat erat, terutama dalam proses kegiatan pariwisata.
Coba saja kompasianers amati, proses kegiatan wisata dari hulu ke hilir dalam satu cycle. Â Saat anda hendak berwisata, diawali dari proses perencanaan, pembelian ticket transportasi, mencari tempat tinggal, hotel dan sebagainya. Pada tahap ini sudah ada keterlibatan travel agent, yang mempermudah urusan pra-wisata.
Kemudian sampai di tempat wisata, anda akan mencari hiburan, berburu kuliner, memilih souvenir dan seterusnya. Betapa pada semua prosesi ini, kreatifitas memiliki andil dan peran besar. Proses Cycle ini melibatkan banyak orang, menimbulkan cost dan efek perputaran roda perekonomian.
Pada kalimat ini saya senang mendengarnya,
"Hakekat sebuah travelling, adalah cara orang ingin meningkatkan kualitas hidup".
Apa yang diharap pasca berwisata, setelah lepas dari rutinitas keseharian. Biasaya akan timbul perasaan Fresh, akan muncul gairah atau semangat baru. Dengan pikiran dan tenaga yang baru, tentu diharapkan produktifitas terdongkrak. Ending yang diinginkan, adalah peningkatan kualitas kehidupan.
Pembicara kedua Bapak Solihin Sofyan, selaku Wakil Ketua Bidang Ekonomi Kreatif berbasis Budaya Apindo.
Pengusaha selalu melihat setiap aspek kehidupan, apakah ada hubungan dengan berdagang. Orang kreatif yang  bisa memotivasi situasi, mulai dari memikirkan ide, mengejawantahkan dalam bentuk produk, sampai memikirkan bagaimana bisa menjual.
Ekonomi kreatif sudah masuk dalam semua lini bisnis, mulai dari fashion, makanan, sepatu, industri hiburan dan film, sosmed, pemusik. Ekonomi kreatif bertumbuh sampai sampai 5.76%, sementara pertumbuhan  ekonomi nasional 5.74 %  (data BPS).
Penyerapan tenaga kerja global, Â mampu dirangkul melalui industri ekonomi kreatif. Kompasianers mungkin pernah melihat, sekelompok ibu-ibu bahkan nenek bisa membuat aneka kerajinan. Baik itu berupa tas bahan plastik kemasan produk, atau membuat alas kaki dari kain perca dan banyak barang lainnya.