Ini  terlihat hal sepele lo kawan's,
Tapi kalau diterapkan pada kebiasaan lain dan lainnya lagi, bisa  dibayangkan bagaimana perubahan yang hendak terjadi.
Toyota sendiri pasti punya SOP, namun tak menutup kreatifitas dari semua member (karyawan). Tapi kreatifitas tidak boleh melenceng, jangan sampai bergeser dari kittah.
QCC tidak hanya untuk perusahaan di bidang manufaktur saja, tapi bisa untuk perusahaan yang bergerak dibidang jasa. Â Pun QCC tidak hanya berfocus pada karyawan, tapi bisa diterapkan pada anak sekolah dan masyarakat agar memetik keuntungan.
Pernah QCC diterapkan pada sebuah Sekolah, yang kebetulan murid kerap kehilangan alat tulis. Setiap alat tulis diberi stiker nama, dan disediakan tempat khusus meletakkan. Nyatanya perubahan langsung terjadi, tingkat kehilangan alat tulis di sekolah bisa ditekan seminimal mungkin.
Menjaga mutu adalah tanggung jawab semua karyawan Toyota, dimulai dari membangun kesadaran dan tanggung jawab bersama. Dengan membangun sumber daya manusia terlebih dahulu, agar memiliki semangat untuk tetap ikut turut memiliki tanggung jawab untuk terus menerus memiliki semangat perbaikan.
Toyota punya dua filosofi :
Continous Improvement (perbaikan terus menerus atau kaizen)
Respect for People (menghormati individu)
Dasar kedua menghormati individu bermakna bahwa kesuksesan bisnis tercipta, dengan optimalisasi kemampuan individu dan kerjasama dalam team yang baik. Toyota memberi kesempatan bagi para karyawan untuk bertumbuh, terus belajar mengembangkan diri. Pegembangan diri menjadi prioritas sebelum megembangkan produk, sehingga tercipta we make people before we make product.
Nah konsep ini dinamakan monozukuri wa hitozukuri, atau melakukan monozukuri melalui hitozukuri.