Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Hari ini Berkesinambungan dengan Hari Esok

23 Mei 2016   03:10 Diperbarui: 4 Juni 2016   17:12 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang terjadi esok terjadilah, kalimat ini mungkin kedengarannya pasrah dengan kekuatan Sang Pemilik Kehidupan. Tapi kalau ditempatkan pada kondisi yang tidak pas, dampaknya akan membawa pada arti pasrah yang salah. Cenderung mengajak pada kurang perencanaan, menghadapi kejadian dadakan dengan keputusan mendadak pula.

Maksud saya begini !

orang yang belum melakukan apapun, padahal esok mempunyai keperluan. Tanpa usaha dan persiapan apapun, kemudian mengucap "yang terjadi esok terjadilah" akan salah. Karena dia seperti menyiapkan diri, untuk menghadapi hal tak mengenakkan. Padahal kalau mau jujur, hari ini adalah saat untuk mempersiapkan investasi terbaik bagi hari depan.

Pernah saya mendapati kejadian, seorang ibu orang tua murid berkeluh kesah tak siap untuk membayar uang muka sekolah anaknya. Akhirnya sempat terpikir mau mengundurkan diri, padahal anaknya diterima sekolah yang bagus. Sungguh disayangkan kejadian tersebut, apalagi sangat susah bisa mendapat satu kursi di sekolah ini. Pendidikan adalah hal utama, sebagai Investasi menguntungkan bagi kita. Maka memilih sekolah terbaik, adalah hal yang sangat bijak.

Meski sekolah negri dan bukan sekolah mahal, tapi cukup ternama dan menjadi "jujukan" anak pintar. Selain sering meraih juara berbagai lomba, punya network ke luar negri. Biasanya secara berkala (satu semester sekali), guru guru bule datang dan ikut mengajar selama 5 hari.

Untuk mendaftar, harus ambil formulir sebulan sebelumnya dan siapa cepat dia dapat. Setelah mengambil formulir, akan menjalani test baca dan mengaji. Kemudian disaring oleh penguji, baru menjalani test kemandirian.

Setelah semua proses dilewati, biasanya sekolah menerima separuh dari  jumlah calon siswa yang mendaftar dan mengikuti test. Saya saat itu mengantar sulung ikut test, banyak berdoa saat anak di dalam kelas. Pun ketika hari pengumuman tiba, ikut deg-degan menyisir nama demi nama. Maka ketika nama anak saya muncul, rasa lega langsung menyergap.

"Memang  sebelumnya gak disiapkan uang untuk bayar sekolah" selidik istri

"Itulah, kemarin abis ganti springbed jadi uangnya kepake disitu" ujar sang ibu menyesal

Saya dan istri membuang nafas bersamaan, pada detik yang sama saling bertatapan. Setelah pulang ternyata membatin hal yang sama, yaitu menyalahkan tindakan si ibu.

"Sudah tahu mau bayar uang sekolah, malah beli springbed" gerutu istri saat perjalanan pulang.

Kebetulan kami cukup kenal ibu tadi, anaknya teman anak kami sejak TK. Kami satu perumahan tapi beda blok, jadi lumayan hapal kebiasaan tetangga.

00-00

Product Commenwealth life (dokpri)
Product Commenwealth life (dokpri)
Jangankan masa depan, hari esok saja adalah misteri. Sebuah pepatah menyatakan, kita hanya memiliki hari ini saja. Karena hari kemarin sudah kenangan, dan hari esok kita tak punya hak mengenggam/ harapan. Meskipun esok masih misteri, kok menurut hemat saya  tentu bisa dipersiapkan.

Misalnya,

Dua hari lagi anak mau ikut eksul berenang, tak salah kan merencanakan akan membawakan bekal apa, kemudian menambah uang untuk naik angkot dan sebagainya.

Masalah lusa jadi berenang atau tidak  tentu bukan urusan diri, tapi kalau sudah dipersiapkan dari sekarang pasti akan lebih baik.

Apalagi untuk hari depan yang lebih jauh, untuk kebutuhan dua atau tiga tahun lagi kalau anak sudah lulus sekolah. Pindah ke sekolah baru dan lebih tinggi, pasti membutuhkan biaya tidak sedikit. Kalau saja tidak direncanakan sedini mungkin, tak mustahil akan kelabakan  saat dekat hari sementara dana belum ada. (seperti kisah di atas)

So kenapa masa depan harus dipersiapkan, padahal kita tak tahu esok masih ada atau tidak. Menurut saya, justru karena kita masih buta dengan hari esok tandanya harus berbuat terbaik hari ini. seorang pemanang sejati, lazimnya akan mempersembahkan yang terbaik. Pun dalam menjalani keseharian, akan berbuat yang terbaik untuk diri dan orang sekitarnya.

Bukankah ada sebuah kalimat, bekerjalah seakan hidup masih lama dan beribadahlah seakan hidup tinggal hari ini. Bekerja yang terbaik demi mendapat hasil terbaik, rejeki halal yang didapat untuk menafkahi anak dan istri.

Pun beribadah tentu tidak dalam arti wadagnya saja, tapi juga mengaplikasikan dalam sikap. Seperti tidak boros, tidak berbohong, tidak menyakiti orang lain. Konon orang yang berhutang, kalau tidak bisa mengembalikan  lebih galak dari yang berpiutang.

Karena hari esok esensinya adalah rentetan dari hari ini dan kemarin, maka berbuatlah yang terbaik setiap hari. (salam)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun