Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kekalahan yang Memenangkan

11 Maret 2016   11:10 Diperbarui: 11 Maret 2016   11:23 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Illustrasi screen short Kompasiana (dokpri)"][/caption]

Sejak bergabung di Kompasiana  hampir dua tahun lalu, banyak sudah blog competition saya ikuti. Selain yang diadakan internal Kompasiana, tak ketinggalan mengikuti blogcomp yang diadakan dari produk langsung atau instansi. Satu hal yang mendongkrak motivasi ikut dalam blogcomp, (bagi saya) adalah hadiah yang disediakan oleh penyelenggara. Akibat lain yang mengikuti, mengasah kemampuan tulis menulis

Coba, siapa menolak ?

Uang tunai dengan jumlah menggiurkan, barang elektronik yang menjadi incaran. Tak jarang  tersedia juga, paket perjalanan ke luar kota atau ke luar negeri. Hadiah yang menjadi iming-iming, tentu membuat kepincut.  

Saya langsung mencari ide, demi mendapatkan satu diantara hadiah yang tersedia. Biasanya (mungkin kompasianer lain) kerap dilakukan, membaca tulisan K'ers yang langganan menang blogcomp. Dari mereka yang sering juara, saya terapkan teori ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Beberapa nama Kompasianer sudah masuk kantong saya, sering tulisannya menjadi "mentor" bagi saya.

Segala upaya saya kerahkan, memikirkan sudut pandang tulisan yang hendak dituangkan. Tak lupa menciptakan alur cerita akan dikembangkan, sekaligus menyiapkan foto pendukung. Agar dapat menjiwai isi tulisan, mengambil dari pengalaman pribadi agar dapat feel nya.

Setelah persiapan matang, baru menulis dan simpan file. Perlu beberapa kali revisi, untuk akhirnya Pede di publish. Setelah posting, baca berulang kemudian share di medsos, tinggal menunggu hasil penilaian dewan juri.

Saya termasuk orang, yang mencari aman mengirim tulisan. Selama mengikuti blogcomp, seingat saya baru sekali publish mendekati deadline. Itupun karena saya lupa tanggal, dan mengira tidak ada blogcomp. Saya tidak mau ambil resiko, gagal publish saat batas akhir dalam hitungan menit. Jauh-jauh hari, saya siapkan agar bisa beberapa kali revisi baru dipublish.

Mungkin tidak sepaham dengan saya, ya gak masalah (hehee). Cara saya juga belum tentu manjur, jadi hanya cara personal saja. #abaikan.

Tentang Ide ditiru?

Keyakinan saya Ide orisinal tak bisa dicopas, kalaupun ada yang meniru bahasanya pasti beda dan sudut pandang tak sama. Ramuan bahasalah, yang hanya bisa dimiliki satu orang. Karena setiap kita, diciptakan istimewa tak bisa dicopas. Toh kalau memang sudah rejeki, siapa yang bisa menyangkal dan menghalangi.

00o00

Sekian banyak (karena tidak dihitung) writing contest saya ikuti, tentu membawa banyak pengalaman. Ketika pengumuman pemenang blogcomp publish di Kompasiana, deg-degan ini langsung menyergap. Nervous campur menjadi satu, apalagi ketika loadingnya lumayan lama (musabab jaringan yak hehe). Begitu artikel terbuka, saya tak begitu membaca pengantar. Langsung  saja scroll ke bawah pada daftar pemenang.  

Begitu membaca nama tidak ada dalam daftar pemenang, biasanya ada rasa kecewa. Merasa yang sudah diupayakan sia-sia, daya yang sudah dikerahkan menguap begitu saja. Memang  hal ini biasanya tak berlangsung lama, tapi tetap saja kecewa tak bisa dihindari.

Pernah sekali menang blogcompetition, kemudian gaya bahasa dan cara menulis diterapkan pada lomba selanjutnya. Namun apa daya, ternyata bukan jaminan menang lagi. Ternyata strategi yang sama, tak bisa diterapkan pada blogcomp yang berbeda. Alhasil memendam rasa sedih, namun dipastikan tak berlarut.

[caption caption="Illustrasi screen short Kompasiana (dokpri)"]

[/caption]

Itu Dulu !

Siang ini saya membuka email, mendapatkan pemberitahuan pemenang blogcomp dari satu perusahaan.  Terus terang tak ada rasa deg-degan, justru mendadak saya siap tidak menang. Kini semua kemungkinan bisa saya hadapi, bahwa kalah dan menang  adalah  wajar adanya.

Kekalahan demi kekalahan, tiba-tiba membuat saya belajar memenangkan rasa kecewa. Kalaupun menang saya syukuri, kalaupun kalah petanda saya musti belajar dan belajar mencari peluang lainnya.

Syukurlah, email siang itu mencantumkan nama saya dalam daftar pemenang. Tapi sekali lagi, karena sudah siap kalah akhirnya hanya ucapan syukur saya hunjamkan tanpa girang berlebih. Ternyata antara sadar dan tidak, betapa kekalahan menumbuhan kedewasaan menghadapi kemenangan. (salam)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun