"Tenang saja kak, Ayah akan atur nanti" jawab saya pasang badan.
Petualangan Wimcycle
"Yah, ajari kakak naik sepeda sekarang" teriak mulut mungil tidak sabar
Sore  di jalanan depan rumah, kursus bersepeda dimulai. Tangan kanan saya memegang sadel, tangan kiri berada di stang sebelah kiri.  Kakak  beradai di tempat duduknya, dua kaki mengayuh pedal  sembari  dua tangan menyeimbangkan stang.
Saya agak kerepotan, menahan beban sepeda dan tubuh lelaki kecil ini. Berulang kali dilakukan beberapa hari, bahkan sempat terjatuh hingga betisnya beset. Bola mata bening itu sembab berkaca, menahan luka di bagian kaki. Namun saya ayahnya menyemangati, agar tak kapok belajar mengendarai sepeda.
Saya jadi teringat, baru bisa naik sepeda setelah kelas empat SD. Sepeda pinjaman dari sepupu, karena tak pernah kesampaian memiliki sendiri. Kondisi orang tua kala itu, dengan enam anak yang semua bersekolah. Membeli sepeda tidak masuk daftar, mengingat banyak prioritas kebutuhan lainnya.
Lama- lama intuisi kakak terbentuk, bisa menyesuaikan pedal dan keseimbangan badan. Dalam waktu tiga hari, mulai bisa bersepada sendiri.
Wimcycle tak berubah warna, tetap dengan cat warna pink bercampur merah tua.
Tunggu dulu !
Bujukan maut saya dan ibunya, berhasil meyakinkan sudut pandangnya. Stiker gambar karakter disney dilepas semua, diganti sticker tokoh Hulk, Captain America, Thor, tokoh superhero khas anak lelaki kesayangan. Sadel yang warna sangat perempuan, dilapisi kain agar warnanya netral.
[caption caption="Sepeda wimcycle dengan sticker (dokpri)"]