Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tol Cipali Menawarkan Solusi [#KompasianaVisit]

6 Juli 2015   15:07 Diperbarui: 6 Juli 2015   15:07 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penampakan gerbang Tol Cikopo

Tradisi mudik sudah menjadi budaya tak terpisahkan di negri ini, turun menurun dari generasi ke generasi tiada henti. Persoalan jamak tak urung mengemuka dari tahun ke tahun, berupa kemacetan di sejumlah jalur pantura atau selatan jawa rutin terjadi. Infrastruktur jalan (Tol & nasional) untuk jalur mudik yang kurang mendukung, tak sepenuhnya mampu melayani kenaikan volume kendaraan secara drastis. Kendaraan besar roda empat bahkan lebih bercampur baur, dengan kendaraan roda dua yang juga sarat muatan. Tak perlu salah-salahan mencari kambing hitam, ada baiknya pemegang kebijakkan duduk semeja mencari jalan keluarnya.

Kompasiana menghimpun sebanyak 50 Kompasianers, bergabung dalam rangkaian event "Visit Tol Cipali". Moment kunjungan ini sangat tepat watunya, menjelang gerakkan massal bernama mudik hendak dilakukan. Jalan Tol yang sudah ada rupanya mulai kewalahan, tak mampu mengatasi kemacetan yang rutin terjadi.

Jalan Tol Cikopo Palimanan atau disingkat Cipali, tersambung dengan dua ruas tol yang sudah existing. Adalah ruas jalan Tol Jakarta - Cikampek untuk sisi barat, dan ruas jalan Tol Palimanan-Kanci untuk sisi Timur. Memiliki panjang sejauh 116,75 Kilometer, melintasi 5 kabupaten (Purwakarta, Subang, Indramayu, Majalengka, Cirebon). Pada Jalan Tol ini memiliki tujuh simpang susun Cikopo, Kalijati, Subang, Cikedung, Kertajati, Sumberjaya dan palimanan. Jalan Tol Cipali menjadi jalan tol terpanjang dengan pendanaan terbesar*, dalam sejarah pembangunan jalan Tol di Indonesia. Dengan total jembatan sebanyak 99 , rata-rata satu jembatan di setiap 1.2 km. Memiliki 558 box culvert dan pipa beton bertulang, sama dengan rata rata satu perlintasan di setiap 200 meter. Untuk kebutuhan pendanaan yang raksasa, proyek ini didukung 22 bank dan institusi finasial berpartisipasi dalam sindikasi perbankan. Sementara terdapat dua bank menjadi pemimpin sindikasinya, yaitu Bank Central Asia (BCA) dan Bank DKI.

(*berapa angka pastinya ada di belakang jadi lanjutkan membaca)

 

*******

Sesuai pengumuman yang publish di laman Kompasiana, kami Kompasianers berkumpul mulai jam 06.00 wib (bahkan ada yang datang lebih awal). Saya sendiri berangkat dari rumah usai subuh, agar tak terlambat sampai di meeting point. Nyatanya kami kompasianers datang tepat waktu, agar tidak ditinggal rombongan Visit Tol Cipali. Seperti biasa setiap bersua sesama blogger, bincang sapa dan bertukar kabar selalu terasa hangat. Beberapa wajah baru bertemu ada juga nama yang sudah akrab, membuat kami semakin dekat. Tak ada lagi istilah senior atau siapa junior, yang pasti kami semua sama tiada beda. Memiliki kegemaran dibidang menulis, dengan sudut pandang yang dimiliki sendiri sendiri.

Admin mas Pendi Kuntoro dan Mas Radja Muhammad, terlihat sibuk meregristasi Kompasianers yang datang. Guna memastikan seluruh rombongan Visit, komplit tidak ada yang ketinggalan. Admin Yacob tak ketinggalan menjeprat jepret, rupanya tak mau ketinggalan setiap moment. (kalau photo aku ambil pas posenya bagus ya J hehe..)

Kompasianers di gerbang Tol Cikopo

Bu Lisniarni perwakilan dari kemen PUPR terlihat siap memberi sambutan, sekaligus turut bersama kompasianers seharian dalam Visit Tol Cipali. Dua MC yang keduanya "rame" dan ngocol, membagi kompasainers dalam dua rombongan. Saya masuk dalam bus satu, dipandu Mc yang kocak abis Yozh Aditya. Bersebelahan dengan K-ers Pak Tubagus Encep, nama lain yang sudah akrab berada di sekitar saya. Kang Rizki Aliet bersama Mas Rushan di kursi sebelah agak depan, Bang Dzulfikar persis di depan saya, Kang Pepih dan Om Kevin samping agak belakang, Pak Thamrin Sonata persis di kursi belakang saya. Karena saling mengenal kami tak ada rasa canggung, bercanda dan ngobrol tentang apa saja. Banyolan Yozh mulai terasa begitu bus bergerak, hampir setiap kalimat yang terlontar membuat kami terbahak. Perjalanan menuju Tol Cikopo berarti kami harus meninggalkan kota Jakarta, bergerak sejauh 72 KM dari pusat pemerintahan. Tol Cikopo merupakan jalan tol Trans Jawa, yang bermula dari Merak berada diujung paling barat Pulau Jawa hingga Banyuwangi diujung timur. Namun perjalanan panjang tak terasa, bersama banyolan MC yang baterenya habis dicharger celetuk Yosh kocak.

Kehadiran jalan Tol Cipali yang diresmikan Bapak Presiden Jokowi pada 13 juni lalu, diharapkan dapat memangkas perjalanan 3 sampai 4 jam dari jalur biasanya. Pemangkasan waktu tempuh ini tentu efektif, guna memecah kemacetan arus lalu lintas saat mudik maupun saat arus balik. Meskipun demikian calon penguna tetap waspada, mempersiapkan fisik stamina dan menjaga kecepatan agak tidak celaka. Kadang sudah menjadi kebiasaan berkendara, faktor lelah menjadi pangkal dan momok utama. Upaya PT Lintas Marga Sedaya (LMS) pengelola jalan Tol Cipali, cukup responsif dengan menyediakan fasilitas 8 lokasi rest area ( 4 type A, dan 4 type B).

Sebelum waktu duhur tiba kami kompasianers berhenti, tepatnya di Gerbang Tol Cikopo. Pak Wisnu Dewanto General Affair PT. Lintas Marga Sedata (selanjutnya LMS) memberi penjelasan, pada gerbang Cikopo ini terjadi dua transaksi. Pertama pembayaran penguna tol dari Cipularang, kemudian transaksi kedua adalah dari arah Palimanan. Menjelang lebaran sekaligus mengantisipasi lonjakan pengguna Tol, akan dioperasikan 5 gardu satelit sebagai tambahan. Kami tak menyia-nyiakan waktu yang ada, mengambil gambar di lokasi baik selfie atau wefie dengan background gerbang Tol Cipali.

Hasilnya....., Taraa.......!!!!!! TL facebook saya didominasi foto narcis kompasiners J

Pemenang Kuis On The Spot

Sekitar tigapuluh menit berada di lokasi, pak Wisnu menyegarkan suasana yang sedang terik. Kuis on the spot dilontarkan seputar TOL Cipali, Mbak Dewi Puspa tepat menjawab berhak membawa Travel Bag dan Mas Dzulfikar menyusul mendapatkan selimut api. (Mc Yozh nyeletuk, "kalau saya selimut api neraka" kwkwkwkwk)

Kembali rombongan kompasianers naik ke dalam bus, kembali melanjutkan perjalanan ke pemberhentian berikutnya (yuk cusss). Pak Wisnu Dewanto bergabung dengan bus satu, wah bisa menjadi sasaran pertanyaan nih.

Tujuan berikutnya kami berhenti di rest area yang berada di km 85, masuk kategori TI (tempat istirahat) bukan TIP (Tempat Istirahat dan Pelayanan). TI yang kami jejaki berdiri dua bangunan utama, yaitu toilet dan masjid ( sedang SPBU berada di TIP). Fasilitas toliet yang disediakan di TI dan TIP free alais tidak berbayar, jadi kalau ada oknum menarik bayaran bisa dilaporkan ( kemana? baca terus artikel ini ya J )

"Tapi Pak, suka dicemberutin sama yang jaga?" tanya kompasianer

"kita musti lebih cemberut" jawab Pak Wisnu sambil teresenyum.

Velix Wanggai Kabiro Komunikasi Publik KemenPUPR

Kompasianers akhirnya bersua dengan Bapak Velix Wanggai, beliau adalah Kabiro Komunikasi Publik KemenPUPR. Secara khusus Pak Velix memberi sambutan singkat, dan menyampaikan salam dari Pak Mentri buat kompasianers. (waalaikum salam). Pak Velix berharap pada kompasinaers, membantu dalam sosialisasi keberadaan TOL Cipali. KemenPUPR perlu dukungan sepenuhnya, sehingga masyarakat teredukasi dan mendapatkan informasi yang tepat dan akurat.

******

Kabar yang santer beredar di tengah masyarakat, adalah rawannya kecelakaan di ruas Cipali. Pak Wisnu yang berada satu bus di rombongan 1, menjawab dengan sigap dalam perjalanan. Regulasi dari Dishud perihal kecepatan berkendara, berada pada rentang kencepatan 80 - 100 KM/ Jam. Namun pengguna jalan tol kadang kadang keenakan, tak sadar memacu kecepatan sampai berada di atas ketentuan. Kondisi Tol Cipali cukup memungkinkan pengguna melakukan hal tersebut, mengingat Tol ini tidak ada tikungan, tanjakan atau turunan.

Tol dengan total investasi 13,7 T ini memiliki masa konsesi selama 35 tahun, mulai pembangunan pada 1 februari 2013 selama 30 bulan pengerjaan. Jumlah lajur 2 x 2 tahap awal, dan 2x3 pada tahap berikutnya pelebaran jalan ke arah median.

Usai meninggalkan Tempat Istirahat (TI) kompasianers kembali diajak turun sebentar, menggambil gambar jembatan Cipunegara. Jembatan panjang ini memiliki bentang 300 meter, jembatan paling panjang sepanjang Tol Cipali.

Ada dua type perkerasan jalan, yaitu dengan cara Beton dan dengan aspal. Sedang aspal rekayasa atau buatan ditiadakan, karena tidak memenuhi spesifikasi keselamatan penggunanya. Untuk menekan jumlah kecelakaan, upaya PT LMS nyata dengan memasang spanduk peringatan. Menyusul akan dilengkapi dengan CCTV, saat ini sedang proses intalasi untuk dipasang pada 20 titik. Patroli Tol Cipali bekerjasama dengan kepolisian jawa Barat, setiap 30 menit sekali mobil patroli akan melintas.

O'ya ada kabar gembira nih !!

Pada H-10 lebaran sampai H+ 5 lebaran, tepatnya tanggal 7 juli sampai 22 juli 2015 akan ada harga khusus. PT LMS memberikan harga khusus kepada pengguna TOL Cipali, verupa discount 25% dari harga normal (kerenn)

 

*****

Rest Area sedang tahap penyelesaian

Kang Topik Irawan asyiknyooo

Kabar tak sedap mengiringi mega proyek TOL Cipali, yang menyedot mega dana ini. Tentu saja hal ini menjadi kisah pilu yang dirasakan penduduk, terutama yang terkena imbas dari proyek rakasasa. Tentang pembebasan lahan masyarakat, yang belum sepenuhnya rampung. Mas Dzulfikar secara khusus mengajukan pertanyaan, kepada Pak Wisnu Dewanto yang berada di kursi depan.

"Pihak PT. LMS sudah membayarkan dana ke pengadilan" jawab Pak Wisnu diplomatis "kasus yang berkaitan dengan harga pembebasan lahan harus menyelesaikan secara hukum"

Dalam PPP atau Public Private Partnership, wewenang dalam pembebasan lahan ada di tangan pemerintah. Hak kepemilikan tanah adalah hak pemerintah, pihak swasta dalam hal ini PT LMS tidak memiliki hak tersebut. Akhirnya saya (mungkin K-ers lain) yang mendengar jawaban, seperti tak tuntas rasa penasaran kecuali harus mencari pihak yang tepat.

Batu Blenong

O'ya k-ers, local wisdom sangat diperhatikan, dalam pembangunan mega proyek Tol Cipali. Sebuah Batu Blenong yang berada di KM 182 tetap dipertahankan, berada di sebelah kanan jalan arah Subang. Tak jauh dari keberadaan batu blenong tersebut, berdiri kawasan Pesantren Babakan Caringin. Demi mempertahankan Pesantren ini, jalan tol sedikit dibelokkan dari plan semula. Tak tanggung tanggung akibat pengalihan rute, terpaksa melakukan pengeboman karena harus membelah bukit Salam. Melewati belahan bukit salam, kompasianers seperti menyusuri lorong dengan dinding tinggi di kanan kiri.

"Tapi tempat ini bukan disediakan untuk selfie" Pak Wisnu mewanti wanti.

Sekitar jam 14.00 kompasianers usai sudah, menyusuri 116,75 Km Tol Cipali. Meski belum rampung seratus persen, namun fasilitas yang vital sudah tersedia. Toilet yang menjadi fasilitas paling vital, akan ditambah dengan toilet mobile saat mudik tiba. Sementara untuk stand penjual makanan, beberapa titik sudah berdiri. Bahkan ada satu minimarket ternama, berdiri darurat (seperti food truck) di salah satu rest area yang sedang renovasi. Hal yang paling diantisipasi PT LMS pemasangan spanduk peringatan, jangan sampai terjadi human eror seperti lelah atau mengantuk.

Kami kompasianers melanjutkan perjalanan, menuju kantor PT LMS yang terletak di Subang. Dari kantor inilah dipusatkan pantauan, terdapat televisi integrasi dari CCTV. Kondisi kantor yang sedang tahap renovasi, banyak ruangan yang masih belum berfungsi normal. Untuk sesi pamaparan dan tanya jawab, dilakukan di ruangan masjid bersebelahan dengan kantor utama PT LMS.

Usai sesi tanya jawab di PT LMS

Sesi tanya jawab disambut antusias, berikut kilasan yang bisa saya simpulkan. Bu Ngesti pertanyaannya sangat TeOPe BeGeTe sesuai dengan concern beliau, yang kerap menuangkan tulisan tentang green. Pada kesempatan tanya jawab menyatakan kebanggaan dengan karya anak bangsa, namun beliau merasakan udara panas dan pemandangan gersang sepanjang visit.

"kapan kawasan Tol dihijaukan, kenapa tidak menanam mahoni atau pohon yang mudah tumbuh" ujar Bu Ngesti

"karena bertetapatn dengan musim panas maka kendala PT LMS adalah mempercepat penghijauan" jawab pak Wisnu "namun hal ini terus kami perhatikan mengingat rumput sudah kami tanam tapi terpaksa kering"

Bang Dzulfikar menyusul dengan pertanyaan serupa, tentang nasib penduduk yang digusur tanahnya. "sementara lebaran segera tiba, kasihan kalau warga tinggal di tenda" ujar mas Dzulfikar.

Pak Velix Wanggai sebagai kabiro komunikasi publik PUPR menjawab

"Pembebesan tanah harus memberi keuntungan sebesar 30% pada pemilik tanah, pemerintah berpatokan pada harga NJOP" sementara teknis lapangan beliau mengaku belum menguasai "Saya baru 10 hari sebagai Kabiro Komunikasi Publik PUPR" ujar Pak Velix

Acara semakin seru dengan dilemparkan kuis, kompasianers antusias menjawab pertanyaan seputra TOL CIPALI. Oya saya masih punya janji memberi informasi, apabila ada hal hal genting tentang Tol Cipali bisa menghubungi Call centre 0260 7600 600.

Secara keseluruhan acara utama sudah selesai, perjalanan Kompasiana Visit alhamdulillah lancar.

Mas Kevin dan Mas Pendi (kata yozh kaya Lukman Sardi hehee) sibuk mengedarkan kertas, berisi menu berbuka puasa untuk kompasianers. Perjalanan pulang akan berbelok sebentar ke Old Town White Cafe di Cikarang, sebelum kami benar benar kembali di meeting point awal kantor KemenPU di kebayoran baru.

(gaes keseruan lain akan saya ceritakan di artikel berikutnya! Ikuti kelanjutannya ya!!)

Salam Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun