Tanamkan jiwa “Saya Konsumen Cerdas
Penggunaan transaksi non-tunai saat pembayaran akan jauh lebih menguntungkan khususnya untuk membayar transaksi dengan jumlah tertentu. Bila kita berbelanja sebesar Rp. 99.560 dengan membayar Rp.100.000 maka peluang uang kita mendapatkan kembalian permen atau tawaran menyumbangan donasi sebesar Rp.440 sangat besar. Dengan menanamkan jiwa Saya Konsumen Cerdas, maka kita membiasakan diri untuk mengefektifkan pembelanjaan kita. Dengan membayar dengan debit/kartu kredit, konsumen dapat membayar sesuai dengan jumlah belanjaan yang tertera di nota belanja. Secara kalkulasi sederhana misal dalam seminggu kita melakukan transaksi sebanyak 5 kali dengan sistem kembalian yang sama yaitu Rp.440 maka seminggu kita menekan pengeluaran sia-sia sebesar Rp.2.200. Bila dikalkulasikan sebulan (4 minggu) maka dapat menekan pengeluaran sia-sia sebesar Rp. 8.800 dan dalam setahun (12 bulan) sebesar Rp. 105.600. Dengan adanya transaksi debit/kartu kredit, maka tidak akan ada lagi penawaran kembalian dengan permen sehingga kita dapat menekan pengeluaran sia-sia setiap transaksi.
Transaksi Non-Tunai itu Aman, Nyaman, dan Praktis
Membawa uang banyak dalam dompet akan membuat perasaan kita menjadi was-was karena potensi untuk hilang atau kecopetan sangat tinggi. Bisa dibayangkan bila saat akan berbelanja, dompet yang berisi uang gaji selama sebulan hilang seketika. Kita akan menjadi stress karena hasil kerja sebulan hilang seketika dan barang yang ingin dibeli gagal didapat. Namun bila konsumen telah beralih pada transaksi non-tunai maka memungkinkan kita terhindar dari perasaan was-was terseb,ut. Bila kartu debit/kartu debit hilang maka dengan melakukan sistem pemblokiran untuk mengamankan tabungan atau isi saldo. Transaksi Non-Tunai juga menghindarkan kita untuk mendapatkan uang kembalian palsu atau bahkan kondisi rusak. Kenyamanan dan kepraktisan menjadi daya tarik untuk melakukan transaksi non-tunai.
Saatnya Melek Teknologi dengan Transaksi Non-Tunai
Sekarang suda tidak jaman lagi membeli/membayar tiket kendaraan dengan datang langsung ke counter tiket atau membeli/membayar barang langsung ke penjualnya. Saya percaya bahwa sebagian besar dari kompasianer telah memiliki gadget yang memiliki teknologi internet yang memadai. Transaksi Non-Tunai memungkinkan kita melakukan transaksi atau kegiatan perbankan lainnya kapan saja dan dimana saja. Bisa dibayangkan begitu mudahnya akses bertransaksi hanya bermodalkan gadget dan satu klik. Jejak transaksi pun dapat kita simpan dan lebih aman.
Konsumen Peduli Lingkungan
Bukan rahasia umum bahwa semakin banyaknya peredaran uang kertas dan logam dimasyarakat dan dicetak tiap tahunnya oleh Bank Indonesia melalui Perum Peruri maka semakin banyak pula pohon yang ditebang untuk dijadikan kertas uang dan bahan logam yang dimanfaatkan. Dengan beralih pada transaksi Non-Tunai, kita telah ikut berkontribusi terhadap lingkungan.
Bila masih ada anggapan bahwa transaksi non-tunai itu ribet dan susah. Saya menilai itu hanyalah pemikiran masyarakat yang enggan untuk mau berubah kearah yang positif karena saya menilai transaksi non tunai justru memudahkan kita dalam transaksi. Bermodalkan hanya dengan warkat, kartu chip, smartphone atau token, kita sudah dapat bertransaksi dimanapun dan kapanpun tanpa ada perasaan was-was uang hilang ataupun kecopetan.Â
Sedikit kisah, Universitas Brawijaya dimana tempat saya kuliah dulu telah membantu program pemerintah untuk memperkenalkan transaksi non-tunai. Bermodalkan dengan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) yang terintegrasi kartu chip layaknya debut sehingga mahasiswa di Brawijaya dapat bertransaksi dengan modal KTM. Bahkan saat makan di kantin kampus pun, mahasiswa telah terbiasa untuk membayar secara non tunai. Jauh lebih praktis dan nyaman. Mungkin saja ini menjadi  terobosan lain di instansi ataupun tempat lain untuk menerapkan hal serupa agar masyarakat Indonesia menjadi masyarakat cerdas bertransaksi.
Saya sudah menjadi konsumen yang cerdas dalam bertransaksi. Bagaimana dengan anda?