Mohon tunggu...
Agung R
Agung R Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bersinergi, Membangun Karakter Siswa

10 Agustus 2018   14:23 Diperbarui: 10 Agustus 2018   14:27 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan karakter menjadi salah satu hal yang mendapat perhatian di kalangan masyarakat era sekarang ini. Perilaku menyimpang biasa terjadi dilakukan dalam lingkup keluarga hingga lingkungan masyarakat luas.

Terjadinya tawuran antar pelajar, pelanggaran aturan lalu lintas, kebiasaan menyontek, pelanggaran aturan sekolah, menandai terjadinya penurunan karakter warga masyarakat.

Banyaknya perilaku menyimpang yang terjadi tidak bisa didiamkan begitu saja. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berkewajiban untuk melaksanakan penguatan pendidikan karakter dengan memfasilitasi siswa membiasakan diri berperilaku baik.

Bukan saatnya lagi, pendidikan sekolah hanya berorientasi pada hasil belajar secara kognitif saja, tetapi juga harus mencakup ranah afektif dan psikomotor. Pendidikan karakter menjadi sarana untuk memberikan bekal landasan perilaku bagi peserta didik agar di masa yang akan datang mampu berperilaku baik.

Pendidikan di sekolah dasar merupakan landasan bagi siswa untuk menempuh jenjang pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu jika pendidikan karakter dikuatkan sejak pendidikan dasar, harapannya siswa memiliki bekal untuk berperilaku baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat di masa depan

Sebagian besar orangtua siswa zaman sekarang adalah pekerja. Hal ini akan memperkecil kemungkinan menanamkan karakter di tengah keluarga. Dengan kata lain kondisi orangtua yang bekerja tentunya akan mempengaruhi kontrol terhadap perilaku putra putrinya.

Program kegiatan yang dapat dilakukan, salah satunya adalah mengintensifkan bentuk kerjasama antara sekolah dengan orangtua dan masyarakat dalam melaksanakan pendidikan karakter.

Permendikbud Nomor 30 Tahun 2017 tentang Pelibatan Keluarga dalam Penyelenggaraan Pendidikan, mengupas banyak hal tentang pelibatan keluarga, dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Amanah tersebut dapat dilaksanakan pada satuan pendidikan dalam bentuk kegiatan konsultasi prestasi dan memperkuat peran komite sekolah.

Konsultasi Prestasi Siswa

Kegiatan ini berupa kegiatan komunikasi yang mempertemukan orangtua dan guru kelas secara rutin, dalam rangka menjalin komunikasi kedua belah pihak. Selain sebagai ajang informasi perkembangan program sekolah, kegiatan ini menjadi wahana komunikasi kemajuan prestasi peserta didik.

Kemajuan prestasi bukan hanya secara kognisi saja, namun tumbuh kembang secara emosi termasuk pendidikan karakter. Komunikasi dua arah akan terjadi, manakala orangtua diberikan kesempatan mengkomunikasikan perkembangan perilaku anak secara langsung kepada guru kelas ketika di rumah, begitu juga sebaliknya.

Di sinilah terjadi dialog positif antara guru kelas dan orangtua. Dialog ini akan menjembatani konsistensi dan kemajuan program sekolah melalui guru kelas.

Pihak sekolah dapat mengorganisir pelaksanaan kegiatan seperti waktu pelaksanaan diselelenggarakan dua kali dalam satu semester. Bentuk lain, menghadirkan narasumber terkait dengan pendidikan karakter dari orangtua yang berperan sebagai praktisi, akademisi, pemerintah hingga tokoh masyarakat.

Dengan demikian kemitraan orangtua dan sekolah akan terjalin. Saling memberikan masukan dan memberikan kata "sepakat" demi menyukseskan program sekolah dalam mengembangkan karakter dan budaya prestasi siswa.

Peran Komite Sekolah 

Keberhasilan penguatan pendidikan karakter siswa tidak terlepas dari peran masyarakat di dalamnya. Peran masyarakat dalam penguatan pendidikan karakter diwujudkan dalam keikutsertaan komite sekolah di dalamnya. Komite sekolah secara berkala mengadakan koordinasi baik di bidang akademik dan non akademik.

Program kegiatan sekolah dibawah tanggungjawab bagian akademik, sementara peran komite non akademik lebih pada penyediaan sarana prasarana penguatan karakter siswa.

Bentuk kerjasama dikemas dalam bentuk pengusulan berbagai program kegiatan belajar yang mendukung penguatan pendidikan karakter, penyediaan sarana dan prasarana sekolah, dan pemberian reward karakter kepada peserta didik.

Temuan penelitian Sheldon & Epstein tahun 2002 tentang hubungan yang erat dan kerjasama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat merupakan salah satu cara sekolah untuk meningkatkan perilaku dan disiplin siswa.

Akhirnya, menanamkan karakter pada anak tidak bisa terlepas dari sinergi sekolah, orangtua dan masyarakat. Tidak ada lagi alasan bagi orangtua untuk "pasrah" sepenuhnya kepada pihak sekolah. Demikian juga masyarakat tidak boleh menutup mata berpartisipasi dalam pembentukan moral anak bangsa melalui satuan pendidikan.

Penulis: Agung Rahmanto, S.H., M.Pd.

Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun