Di sinilah terjadi dialog positif antara guru kelas dan orangtua. Dialog ini akan menjembatani konsistensi dan kemajuan program sekolah melalui guru kelas.
Pihak sekolah dapat mengorganisir pelaksanaan kegiatan seperti waktu pelaksanaan diselelenggarakan dua kali dalam satu semester. Bentuk lain, menghadirkan narasumber terkait dengan pendidikan karakter dari orangtua yang berperan sebagai praktisi, akademisi, pemerintah hingga tokoh masyarakat.
Dengan demikian kemitraan orangtua dan sekolah akan terjalin. Saling memberikan masukan dan memberikan kata "sepakat" demi menyukseskan program sekolah dalam mengembangkan karakter dan budaya prestasi siswa.
Peran Komite SekolahÂ
Keberhasilan penguatan pendidikan karakter siswa tidak terlepas dari peran masyarakat di dalamnya. Peran masyarakat dalam penguatan pendidikan karakter diwujudkan dalam keikutsertaan komite sekolah di dalamnya. Komite sekolah secara berkala mengadakan koordinasi baik di bidang akademik dan non akademik.
Program kegiatan sekolah dibawah tanggungjawab bagian akademik, sementara peran komite non akademik lebih pada penyediaan sarana prasarana penguatan karakter siswa.
Bentuk kerjasama dikemas dalam bentuk pengusulan berbagai program kegiatan belajar yang mendukung penguatan pendidikan karakter, penyediaan sarana dan prasarana sekolah, dan pemberian reward karakter kepada peserta didik.
Temuan penelitian Sheldon & Epstein tahun 2002 tentang hubungan yang erat dan kerjasama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat merupakan salah satu cara sekolah untuk meningkatkan perilaku dan disiplin siswa.
Akhirnya, menanamkan karakter pada anak tidak bisa terlepas dari sinergi sekolah, orangtua dan masyarakat. Tidak ada lagi alasan bagi orangtua untuk "pasrah" sepenuhnya kepada pihak sekolah. Demikian juga masyarakat tidak boleh menutup mata berpartisipasi dalam pembentukan moral anak bangsa melalui satuan pendidikan.
Penulis: Agung Rahmanto, S.H., M.Pd.
Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta