Mohon tunggu...
Agung prayogi
Agung prayogi Mohon Tunggu... Insinyur - Pewaris Semangat D

Book, Dream, and Love

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jurus Menghadapi Si Banyak Omong

21 Januari 2023   13:03 Diperbarui: 21 Januari 2023   16:54 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Marcus Aurelius bilang di catatan pribadinya, karya seni tidak akan menjadi lebih baik ataupun lebih buruk hanya karna dihina ataupun dipuji. 

Segala hal rill ataupun abstrak di alam sebenarnya pada posisi terpisah dari penilaian baik dan buruk, karna semua hal tergantung pada persepsi tiap pengamatnya. 

Contoh seperti lukisan yang dapat dipuji karena sedemikian indahnya, begitu juga orang lain yang melihatnyapun dapat menghina lukisan tersebut dengan sumpah serapah, namun, secara nilai, pujian dan hinaan tersebut tidaklah mengurangi nilai yang ada pada lukisan tersebut sedikitpun. Ia tetap netral sebagai canvas putih bergurat cat minyak terpadu warna-warna sesuai keinginan sang seniman dengan nilai yang ditanamnya pada lukisan tersebut. 

Walaupun terkesan filosofis, pendapat tersebut sangat berarti bila kita terapkan pada kehidupan sehari-hari. Apalagi di zaman keterbukaan informasi seperti sekarang, orang dapat menilai orang lain hanya berdasarkan statusnya di media sosial, jumlah followers, feed-nya di Instagram, penampilan, warna kulit, keelokan wajah, dan lain-lain. 

Baca juga: Jamu Tolak Miskin

Karena dengan mudahnya orang lain menilai seseorang berdasarkan sesuatu hal yang bukan seharusnya, berkemungkinan pulalah penilaian tersebut terdapat mispersepsi. 

Tentu kita pernah mengalami hal demikian, dinilai tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya kita lakukan, dihina, difitnah, diremehkan, ataupun dicaci. Hal tersebut tidak dapat sedikitpun mengurangi nilai kita, semua tuas kendali berada pada diri kita, apakah memutuskan untuk merasa terhina dan tersakiti atau melewatkannya dan tetap menjalani hidup sebagaimana biasa. 

Ingatlah bahwa perlu dua orang untuk sebuah penghinaan. 

Pertama, sang pehina, yang Kedua, sang terhina. Jika, kita mengganggap tidak mengalami hinaan, hal tersebut tidak akan menjadi hinaan.

Jika kita telah mempelajari dikotomi kendali, kita sadar betul, tidak ada sedikitpun kekuatan kita yang dapat mengatur isi pikiran, tindakan, serta mulut dan perkataan orang lain. Lalu kemudian, apa yang membuat kita harus khawatir dengan semua hal yang diluar kendali kita tersebut? Sindirannya, hinannya, umpatannya, tawa sinisnya, tidak ada sedikitpun kekuatan yang dapat mencegah hal tersebut, semua adalah hal biasa seperti biasanya matahari di pagi hari dan bulan di malam hari. 

Fokuslah terhadap yang dapat kita kendalikan, yaitu persepsi kita, emosi, jiwa dan perlakuan. Jangan biarkan dirimu terpengaruh oleh hal eksternal. 

Kita semua juga harus sadar, tiap manusia memiliki kelasnya sendiri, bukankah itu yang membuat demokrasi di negara berkembang menjadi bermasalah? Pendapat seorang profesor dan pendapat seorang maling sama-sama dihitung 1 suara. 

Dengan memahami perkataan Marcus Aurelius diatas bukan membuat kita menjadi anti kritik, namun, kita dapat menyaring perkataan mana yang kiranya dapat kita pertimbangkan dan manapula yang tidak. 

Jika anda adalah seorang pesepakbola, kritik dari penonton yang hanya menonton tiap akhir pekan dan bahkan tak mampu mengontrol bola tentu tidak akan anda dengar dibandingkan dengan pelatih anda yang seorang mantan pemain timnas di negaranya. 

Begitu pula dengan hidup kita, apakah seseorang yang bahkan kulit luar kehidupan kita saja tidak dapat dilihatnya penuh, apalagi nilai-nilai dan prinsip hidup dalam diri kita, tentunya kritikkan mereka tidak memiliki arti sama sekali.  

Fokuslah pada nilai-nilai universal, seperti norma dalam agama yang dilihat dari perspektif manapun merupakan sesuatu kebaikan dan tidak dapat diperdebatkan lagi. Semoga kebahagiaan dapat kita capai dan jauh dari segala keresahan. 

Tulisan ini hasil refleksi dari buku filosofi teras milik henry manampiring dan meditasi milik marcus Aurelius

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun