Tersengak telinga terbisik suara hembusan sang ambisi
Berdebar jantung menunggu pengharapan buah manis perjuangan
Itulah manusia saat telah nampak kenikmatan tiada tara
Hanya kenikmatan yang terlihat mata menjadi tujuan hidupnya
Ketika pelangi terlihat muncul dari sela-sela keindahan mencengangkan mata bergitulah manusia bergembira.
Namun, pelangi hilang berganti badai menghapus segalanya.
Ambisi berujung pada emosi
Suara jantung berdetak menjadi ketakutan akan harapan kemenangan
Saat tertawa berubah menjadi duka
Saat perayaan berubah menjadi parade kematian
Alam semesta seakan tak mempedulikan
Isak tangis manusia pilu yang jatuh tersampar bayangan angan-angan
Gejolak pertentangan membakar peperangan raga tanpa henti
Sadarkah manusia akan kehidupan yang begitu demikian menyenangkan berubah menjadi memilukan
Seberapa besar pengorbanan demi meraih imbalan berdasar ambisi membawa pada jurang kehancuran diri
Namun, layaknya permainan ketika kesadaran merajai menguasai Tuan maka tidak ada penyesalan dan pengorbanan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H