Hari kedua: Workshop Eksperimen di Fakultas Ilmu Sosial Kampus UNY
Setelah semalam "disiksa" dengan 100 butir soal yang harus selesai dalam 90 menit, di hari kedua OGN, peserta mulai pukul 07.00 sudah diarahkan untuk datang ke tempat workshop dan eksperimen di fakultas yang sesuai. Bidang Sosiologi dilaksanakan di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial UNY.
Dulu saya kuliah di fakultas ini pada Jurusan Pendidikan Geografi ketika masih zamannya IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan), dan fakultas ini bernama FPIPS (Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial).
Perasaan deg-degan muncul dan saya alami lagi ketika para peserta dipersilakan duduk di kursi yang telah disediakan. Penataan kursi membentuk model huruf "U". Di bagian tengah ruang diletakkan kotak-kotak kardus bahan workshop yang bernomor 1 sampai dengan 15.
Ketua dewan yuri memulai dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan prosedur. Para peserta mendengarkan dan mengikutinya dengan cermat. HP harus dimatikan. Komunikasi internet di ruang workshop pun diputus. Workshop eksperimen dimulai tepat pada pukul 08.00. Kegiatan Pertama, peserta membuat analisis kebutuhan.Â
Kepada peserta diberikan waktu 30 menit untuk menuliskan dengan tulisan tangan tentang analisis kebutuhan, yang meliputi profil guru, kelas dan kompetensi dasar yang akan dieksperimenkan, profil murid di sekolah yang diampu oleh guru, sarana dan prasaran sekolah yang tersedia, dan rencana dalam garis besar apa yang akan dilakukan.
Saya menyelesaikan analisis kebutuhan ini dalam waktu kurang lebih 20 menit. Waktu yang tersisa, 10 menit, saya gunakan untuk membayangkan apa yang ada di dalam kotak-kotak yang ditata rapi di tengah ruangan, dan oleh ketua dewan yuri diinformasikan bahwa itulah bahan workshop yang berupa bahan-bahan bekas pakai.Â
Ditegaskan oleh yuri bahwa media yang dibuat harus hanya menggunakan bahan-bahan yang disediakan, tidak diperkenankan menambah bahan atau menggunakan media yang dibawa dari rumah atau sekolah. Bahan-bahan media yang dibawa sendiri oleh beberapa peserta pun sementara disimpan oleh panitia.
Kegiatan Kedua, membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) lengkap sesuai ketentuan Kurikulum 2013 yang berlaku, merancang media pembelajaran yang disebut sebagai ecomedia sederhana, media ramah lingkungan, karena menggunakan bahan-bahan bekas pakai.
Kesempatan ini juga kali pertama saya mendengar istilah ecomedia, media pembelajaran ramah lingkungan, yang tampaknya memang merupakan jenis media pembelajaran Non-IT yang dikembangkan di Jurusan Sosiologi FIS UNY. Barangkali para stakeholder di Jurusan Sosiologi UNY ini berpikiran bahwa karena bersifat Non-IT dan menggunakan bahan-bahan bekas pakai, menjadikan media ini dapat digunakan oleh semua sekolah dengan fasilitas apapun adanya. Demikian yang berkecamuk di pikiran saya.
Pukul 08.35, kegiatan yang akan berlangsung sampai dengan pukul 16.00 ini dimulai. Sesuai dengan analisis kebutuhan saya, saya akan merancang pembelajaran pada 2 X 45 menit pertemuan pertama tentang perubahan sosial dan dampaknya di kelas XII Semester 1. Saya mengingat apa yang saya tulis di analisis kebutuhan, kelas XII IPS terdiri atas 13 orang peserta didik, IQ di atas rata-rata plus, masuk di SMA Negeri 3 Yogyakarta dengan nilai pada SHUN di atas 379, berasal dari keluarga yang mengerti dan memahami pendidikan, sebagian besarnya adalah anak-anak aktivis event atau kegiatan sekolah, mereka memiliki pandangan kritis dan sebagian besarnya adalah ekstrovet, dan cepat bosan dengan keadaan. Saya berfikir: rancangan pembelajaran dan media yang akan saya buat harus sesuai dengan karakteristik mereka. Ini tafsiran saya terhadap apa yang di pikiran dewan yuri, pak Grendi Hendrastomo, Ketua Jurusan Sosiologi UNY, dan Ibu Indah Sri Pinasti, dosen senior Sosiologi UNY.
Saya mulai dengan membuka apa yang ada di kotak bernomor 3 yang oleh panitia telah ditempatkan di meja saya. Saya melihat dan tangan saya mencari-cari apa yang ada, tampak di bagian atas: Kalender Tahun 2016 UNY, tiga pak sedotan minum berwarna kuning, merah, dan hijau, kemudian satu pak gelas plastik untuk minum berwarna bening, jarum pentul, selembar kertas bungkus kado, tiga lembar kertas asturo berwarna kuning, hijau, dan jambon, dan sebuah solo-tip bening serta sebuah double-tip putih. Di luar kotak diberikan selembar gabus styrofoam putih yang begitu melihatnya saya kemudian teringat tentang bahayanya kalau bahan ini digunakan untuk mengemas makanan. Kritik diam saya kepada panitia adalah, bahan ini tidak ramah lingkungan.
Saya bingung apa yang akan saya lakukan. Lima sampai dengan 10 menit pertama saya tidak melakukan apa-apa. Grogi juga, karena 13 teman finalis yang lain telah menyentuh dan memulai membuat ecomedia. Saya belum menyentuh bahan-bahan itu, baru melihatnya. Belum tahu media macam apa yang akan saya buat dengan bahan-bahan itu, yang di pikiran saya baru, pertama, media yang akan dibuat harus sederhana, kedua, dengan media itu pesan tersampaikan dengan baik sesuai dengan karakteristik murid-murid saya, dan ketiga, saya mampu membuatnya dengan segala keterbatasan yang saya tuliskan di profil guru, antara lain tidak mampu menulis baik dan rapi.
Saya berniat memulai mengerjakan tugas ini dengan apa yang paling mampu saya lakukan, yaitu membuat RPP, sementara teman-teman finalis lain telah asyik dengan media pembelajaran. Saya melirik satu persatu 13 teman yang lain, karena memang tidak boleh saling komunikasi dan saling bantu atau saling mengganggu di antara para peserta. Seorang teman, pak Haryadi, masih bengong seperti saya, tetapi pandangannya tertuju pada layar laptopnya. Sementara pak Abdul Wahab, tampaknya telah faham tentang media apa yang akan dibuatnya, ia telah memotong gabus styrofoam-nya. Teman-teman yang lain, bu Rita, Pak Firman, Pak Ismail, juga telah mulai asyik dengan bahan-bahan yang disediakan. Bahkan, bu Asteria yang tempatnya berjarak satu peerta di samping kanan saya telah duduk di lantai memotong-motong kardus bekas. Tapi saya tetap yakin bahwa harus mengerjakan dulu hal yang paling mampu saya lakukan: membuat RPP!
Memulai dengan RPP, membuat file, menulis identitas, mengkopi paste KI dari permendikbud 21 Tahun 2016, mengkopi paste KD dari permendikbud 24 Tahun 2016, dan ketika telah sampai pada tahap menyusun IPK (Indikator Pencapaian Kompensi), saya mulai mempunyai bayangan tentang media apa yang harus saya buat. Di IPK pertama, menjelaskan pengertian perubahan sosial, saya menemukan ide untuk memotong nama-nama bulan di kalender bekas. Tulisan nama-nama bulan itu cukup besar. Saya beranggapan bahwa itu dapat saya gunakan untuk mengawali pembahasan tentang konsep perubahan. Sisa kalender yang kertasnya cukup tebal dan edisi luks, saya potong menjadi beberapa dengan ukuran setengah kertas kwarto. Saya mengambil beberapa, saya menuliskan beberapa angka tahun pada setiap lembarnya, 1908, 1928, 1945, 1966, 1988. Itu angka tahun penting yang menunjukkan titik-titik perubahan di Indonesia.
Saya lanjut dengan menuliskan IPK kedua, menjelaskan ruang lingkup perubahan sosial. Sepanjang pengalaman mengajarkan ruang lingkup perubahan, lingkup proses sosial cukup mudah difahami oleh siswa. Saya membayangkan ini akan lebih mudah dibelajarkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan di selembar kertas kemudian digulung dan dimasukkan ke dalam gelas-gelas plastik yang disediakan. Inilah media yang akan saya buat, masih dalam bayangan. Tetapi tentang lingkup struktur sosial, cukup sulit memahamkan siswa. Saya kemudian memegang styrofoam putih itu, mengambil sedotan minum, dan meletakkan beberapa untuk memvisualisasikan perubahan struktur sosial, dari stratifikasi berbentuk kerucut menjadi berbentuk diamond atau intan. Telah ada dalam bayangan saya tentang media yang akan saya buat.
Saya lanjut dengan RPP. IPK ketiga, baik aspek pengetahuan (KD 3) maupun keterampilan (KD 4), KD 3: membandingkan jenis-jenis perubahan sosial, KD 4: mendiskusikan jenis-jenis perubahan sosial dan mengomunikasikan tentang perbandingan jenis-jenis perubahan sosial. Saya membayangkan proses diskusi kelas, ketemulah ide media yang akan digunakan. Lembaran digulung bertuliskan permasalahan yang akan didiskusikan di kelompok. Karena kelas hanya terdiri atas 13 peserta didik, maka permasalahan yang ada dibagi empat. Masing-masing kelompok nantinya akan mendiskusikan satu permasalahan. Akhirnya saya telah berhasil membuat satu media, dan membayangkan tiga media yang akan saya buat. Jadi di sini, semua IPK yang saya rumuskan saya buatkan medianya.
Ketika menuliskan langkah-langkah pembelajaran dalam satu pertemuan 2 kali 45 menit, bayangan tentang media yang akan saya buat semakin jelas, tetapi saya tidak akan tergesa-gesa membuatnya, saya memilih untuk menyelesaikan RPP yang lengkap terlebih dahulu, termasuk instrumen penilaian serta pedomannya dan lampiran yang berupa bahan ajar. RPP saya selesaikan dalam waktu sekitar 60 menit. Kurang lebih pukul 09.30 saya telah menyelesaikan pembuatan RPP yang benar-benar saya buat baru. Saya teruntungkan dalam laptop saya tersimpan dokumen-dokumen kurikulum dan bahan ajar, sehingga saya dapat melakukan salin-tempel untuk KI dan KD dan bahan ajar sebagai lampiran RPP mengenai pengertian, ruang lingkup, dan jenis-kenis perubahan sosial.
Saya istirahat sejenak, menggeliatkan badan. Saya melihat teman-teman saya masih asyik dengan proses membuat media pembelajaran. Semua asyik terdiam, komunikasi dan interaksi antar-teman hanya melalui pandangan mata atau saling tersenyum saja. Iseng saya melihat para dewan yuri sedang apa, dengan pak Grendy pandangan mata kami bertemu, begitu melihat saya beliau tersenyum, barangkali cukup terhibur melihat kebingungan saya.
Saya lanjut dengan membuat media tentang perubahan dalam lingkup struktur sosial. Selembar gabus putih itu saya letakkan di atas meja. Kemudian mengambil sepak sedotan minum, saya ambil beberapa untuk menggambarkan struktur sosial masyarakat. Saya letakkan sedotan-sedotan itu secukupnya sehingga membentuk dua macam bentuk stratifikasi sosial, pertama stratifikasi sosial masyarakat sederhana yang berbentuk kurucut dan pada masyarakat industri maju yang berbentuk diamond. Saya kemudian berfikir bagaimana merekatkan sedotan-sedotan itu di atas gabus. Saya oleskan lem pada sebatang sedotan, saya melekatkannya di permukaan styrofoam, ternyata tidak dapat melekat. Saya mencoba menggunakan staples kertas, cekrek, suara alat itu memecah keheningan, tidak dapat merekat. Jarum staples tidak dapat memegang sedotan minum itu di atas styrofoam. Saya eksperimen lagi, menggunakan jarum pentul, ternyata panjang jarum pentul melebihi ketebalan gabus, sehingga media menjadi tidak aman. Saya bingung. Melihat kiri kanan. Ada seorang teman yang sedang mengoleskan lem UHU di sebuah balon untuk direkatkan di styrofoam. Saya mengikuti jejak beliau, mengambil sebotol lem UHU yang disediakan oleh panitia sebagai fasilitas umum yang diletakkan di meja di tengah ruang, mengoleskan lem UHU di sebatang sedotan minum, mencoba melekatkan di permukaan styrofoam, dan berhasil. Yess. Puas. Plong rasanya. Kebingungan saya hilang. Saya memulai membuat media yang satu ini hingga selesai dalam bentuk kasarnya pada kurang lebih pukul 11.50. Dewan yuri mengumumkan bahwa 10 menit lagi waktu istirahat, semua peserta harus di berada luar ruang pada waktu istirahat. Pada 10 menit menjelang istirahat saya gunakan untuk melihat-lihat dan mencermati RPP yang telah saya ketik di laptop, dan melakukan perbaikan di beberapa bagian.
Waktu istirahat
Waktu Istirahat yang diberikan adalah 60 menit. Kami gunakan itu untuk makan siang sambil saling bercerita yang telah kami lakukan. Di antara kami terasa menjadi semakin dekat dan akrab. Mungkin ini karena nasib yang sama dalam membuat media. Peserta muslim dan muslimah pun kemudian berjamaah shalat dhuhur di mushola fakultas. Perjalanan menuju mushola pun masih dibumbui perbincangan tentang ecomedia. Ketika shalat, bahkan, di pikiran saya melayang-layang ingatan tentang ecomedia. Ecomedia benar-benar merupakan pengalaman pertama saya, maka saya merasakan betul tentang kegiatan ini yang dinamakan workshop eksperimen. Sebagai pengajar sosiologi, saya punya pemikiran bahwa ilmu-ilmu sosial itu jauh dari kegiatan-kegiatan yang sifatnya eksperimental, terkait dengan social cost yang ditimbulkannya. Tetapi kali ini, saya dan teman-teman guru sosiologi harus bereksperimen tentang media pembelajaran.
Sesi dua workshop
Pukul 13.00 tepat, kami masuk lagi ke ruang workshop. Kami kembali menekuni tugas-tugas kami. Saya fokus pada menyelesaikan media pembelajaran dengan berbahan dasar gabus putih. Saya perindah media itu dengan memberi bingkai menggunakan batang-batang sedotan minum berwarna kuning. Juga atribut atau keterangan menggunakan kertas kalender bagian dalam berwarna putih yang telah dipotong-potong sesuai ukuran yang diperlukan, dan menuliskan menggunakan spidol "Masyarakat Industri Maju", "Masyarakat Agraris Tradisional", "Lapisan Atas", "Lapisan Tengah", "Lapisan Bawah", dan simbol panah. Saya melekatkan dengan lem UHU atribut-atribut itu di tempat yang sesuai di atas styrofoam. Tulisan itu tampak khas, beberapa teman mengejek tulisan saya sebagai semacam tulisan dokter, atau lebih tepatnya menyerupai tanda tangan. Selesai.
Lanjut dengan membuat media berupa lembaran-lembaran bahan diskusi kelompok, tentang jenis-jenis perubahan sosial. Lembaran-lembaran itu, setelah dituliskan bahan diskusinya, digulung, diikat dengan karet gelang, dan dimasukkan dalam gelas-gelas plastik, yang akhirnya saya beri nama gelas-gelas konsep. Selesai.
Pandangan saya tertuju pada alat-alat yang ada di meja di tengah ruangan, ada bola-bola berwarna-warni, hijau -- merah -- kuning. Saya ambil satu bola berwarna hijau -- saya tuliskan dengan spidol permanen hitam di permukaan bola itu "Bola Perintah". Media ini akan saya gunakan untuk memberikan perintah menjawab pertanyaan atau kegiatan lain yang harus dilakukan oleh siswa. Ini terinspirasi oleh apa yang dilakukan seorang mahasiswa PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) dari Jurusan Sosiologi UNY yang melakukan hal ini ketika melakukan praktek mengajar di kelas saya. Jadi, ketika ada mahasiswa PPL, yang belajar bukan saja mahasiswa terhadap guru pembimbingnya, tetapi juga guru terhadap mahasiswa yang dimbimbingnya.
Jam dinding di ruang workshop menunjukkan pukul 15.00 ketika dewan yuri memberi peringatan waktu masih satu jam lagi. Saya pun merasa telah cukup membuat media. Akan diapakan lagi, itu telah maksimal yang dapat saya lakukan. Beberapa sentuhan kecil dengan maksud memperindah media saya lakukan dengan tetap berpegang pada prinsip bahwa media yang dibuat harus sederhana. Saya kembali melihat ketikan RPP saya dengan mencermati apa yang tampak di layar laptop. Beberapa kesalahan ketik saya benahi, juga penataan tulisan. Pukul 15.20 saya memberi kode pada mahasiswa yang membantu kegiatan, bahwa RPP saya siap untuk diprint out. Mahasiswa yang bertugas dengan lincahnya menyalin dokumen dan kemudian mencetaknya. Hasil cetakan diserahkan kembali kepada saya untuk dilihat dan dicermati, kemudian membubuhkan paraf di setiap halaman dan tanda tangan di bagian akhir RPP. Saya pun melakukannya, dan saya berfikir bagaimana mendapatkan hasil cetak RPP yang dapat saya bawa ke hotel untuk dibaca ulang. Maka saya bilang kepada mahasiswa yang bertugas bahwa ada bagian yang salah dan harus dicetak lagi. Akhirnya saya mendapat cetakan RPP yang dapat saya bawa ke hotel.
Pukul 16.00 waktu untuk workshop berakhir. Setelah mendapatkan penjelasan tentang presentasi yang akan dilakukan pada hari ketiga, kami pun meninggalkan FIS UNY dengan lega. Saya pribadi merasa sangat lega, karena telah menyelesaikan pekerjaan yang di pagi hari menuju FIS tidak diketahui macam dan bentuknya. Dalam perjalanan menuju hotel, kami saling mengungkapkan yang kami rasakan, semuanya menyatakan telah lega karena telah mengerti dan menjalani apa yang sampai dengan pagi tadi menjadi tanda tanya besar: harus mengerjakan apa!
Hari kedua malam (19.00 -- 00.30 dini hari ketiga)
Kegiatan malam ini presentasi BP. Peserta dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang bercampur antar mata pelajaran, bahkan antara peserta OGN SMA/SMK dan LKG (Lomba Kompetensi Guru) SMK. Semua peserta harus berada di luar ruang presentasi. Satu per satu dipanggil masuk ke dalam ruang presentasi. Saya mendapat giliran nomor dua, dipanggil oleh peserta nomor pertama yang keluar dari ruang, "Bapak Agus Santosa dari SMA Negeri 3 Yogyakarta", demikian sebutnya, saya pun kaget dibuatnya. Pelan-pelan saya masuk ke ruangan, file presentasi saya sudah terpasang di laptop yang disediakan. Dewan yuri menyampaikan bahwa presentasi dalam 10 menit, lima menit pertama untuk presentasi, dan lima menit kedua untuk pertanyaan-pertanyaan yang harus saya jawab. Saya menyelesaikan presentasi tepat dalam lima menit. Menghitungnya relatif mudah, karena sheet presentasi dibatasi hanya lima, sehingga kalau satu sheet satu menit, maka pastilah tepat waktunya.
Berikutnya adalah pertanyaan yuri pertama, seorang dosen bergelar doktor yang saya belum mengenalnya. "Pak Agus, dengan model atau strategi pembelajaran itu, produk yang dihasilkan siswa berupa apa? Kemudian apa manfaat dari produk itu?" . Saya menjawab singkat, "siswa dalam kelompoknya membuat tayangan PPT dan harus mempresentasikan di depan kelas. Salah satu prinsip model pembelajaran yang saya pilih, adalah siswa memiliki kesempatan mengajarkan pemahamannya kepada siswa lain, sehingga pemahaman siswa yang melakukan presentasi akan semakin baik. Tentang manfaat, bagi guru adalah untuk evaluasi pembelajaran yang dilakukannya, bagi siswa akan semakin memahami hal yang dipelajarinya, juga barangkali bagi guru lain untuk dipertimbangkan digunakan dalam pembelajarannya". Yuri pertama selesai, Yuri kedua bertanya dan pertanyaannya mengangetkan saya, "Pak Agus, model pembelajaran ini sangat baik. Apakah guru lain di sekolah Bapak juga melakukannya? Atau apakah bapak telah menularkan ini kepada guru lain di sekolah Bapak?" Saya bingung atas pertanyaan ini, "belum tahu pak, karena saya tidak punya otoritas untuk masuk dalam kelas pembelajaran guru lain, dan saya belum menularkan ini kepada teman-teman guru lain di sekolah saya". Yuri kedua yang saya juga belum mengenal beliau, manggut-manggut saja, saya tidak tahu apa penafsirannya, tetapi ketika belau berkata, "model ini sangat bagus, sudah sepatutnya bapak menularkan ini kepada guru-guru lain di sekolah bapak.". Selesai. Saya dipersilakan meninggalkan ruang dan memanggilkan peserta berikutnya.
Saya selesai presentasi sekitar pukul 20.30, tetapi karena setiap ruang presentasi dengan dua yuri harus menguji kurang lebih 17 sampai dengan 20 orang peserta, ada yang baru selesai presentasi pukul 00.30, seperti yang dialami oleh seorang finalis bidang Sosiologi, mbak Asteria dari Banten. Padahal bu guru ini telah menenteng laptopnya dalam keadaan terbuka sejak sehabis magrib.
Selesai presentasi, saya ke restoran hotel untuk sekedar menikmati kudapan dan minum kopi tanpa gula. Sudah beberapa waktu, kurang lebih satu tahun, saya memiliki kebiasaan kalau minum kopi tanpa gula, pahit memang. Tapi entah mengapa, saya suka. Barangkali terinspirasi oleh seorang teman saja. Kurang lebih pukul 22 saya masuk kamar hotel, dan tidur pulas. Terbangun kurang lebih pukul setengah empat pagi, dan saya menuju masjid kampus untuk shalat malam dan jamaah subuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H