Mohon tunggu...
Agus Santosa
Agus Santosa Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Guru Sosiologi pada SMA Negeri 3 Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cerita Mengikuti Olimpiade Guru Nasional 2017 #2

1 Desember 2018   17:54 Diperbarui: 1 Desember 2018   18:17 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sesi dua workshop

Pukul 13.00 tepat, kami masuk lagi ke ruang workshop. Kami kembali menekuni tugas-tugas kami. Saya fokus pada menyelesaikan media pembelajaran dengan berbahan dasar gabus putih. Saya perindah media itu dengan memberi bingkai menggunakan batang-batang sedotan minum berwarna kuning. Juga atribut atau keterangan menggunakan kertas kalender bagian dalam berwarna putih yang telah dipotong-potong sesuai ukuran yang diperlukan, dan menuliskan menggunakan spidol "Masyarakat Industri Maju", "Masyarakat Agraris Tradisional", "Lapisan Atas", "Lapisan Tengah", "Lapisan Bawah", dan simbol panah. Saya melekatkan dengan lem UHU atribut-atribut itu di tempat yang sesuai di atas styrofoam. Tulisan itu tampak khas, beberapa teman mengejek tulisan saya sebagai semacam tulisan dokter, atau lebih tepatnya menyerupai tanda tangan. Selesai.

Lanjut dengan membuat media berupa lembaran-lembaran bahan diskusi kelompok, tentang jenis-jenis perubahan sosial. Lembaran-lembaran itu, setelah dituliskan bahan diskusinya, digulung, diikat dengan karet gelang, dan dimasukkan dalam gelas-gelas plastik, yang akhirnya saya beri nama gelas-gelas konsep. Selesai.

Pandangan saya tertuju pada alat-alat yang ada di meja di tengah ruangan, ada bola-bola berwarna-warni, hijau -- merah -- kuning. Saya ambil satu bola berwarna hijau -- saya tuliskan dengan spidol permanen hitam di permukaan bola itu "Bola Perintah". Media ini akan saya gunakan untuk memberikan perintah menjawab pertanyaan atau kegiatan lain yang harus dilakukan oleh siswa. Ini terinspirasi oleh apa yang dilakukan seorang mahasiswa PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) dari Jurusan Sosiologi UNY yang melakukan hal ini ketika melakukan praktek mengajar di kelas saya. Jadi, ketika ada mahasiswa PPL, yang belajar bukan saja mahasiswa terhadap guru pembimbingnya, tetapi juga guru terhadap mahasiswa yang dimbimbingnya.

Jam dinding di ruang workshop menunjukkan pukul 15.00 ketika dewan yuri memberi peringatan waktu masih satu jam lagi. Saya pun merasa telah cukup membuat media. Akan diapakan lagi, itu telah maksimal yang dapat saya lakukan. Beberapa sentuhan kecil dengan maksud memperindah media saya lakukan dengan tetap berpegang pada prinsip bahwa media yang dibuat harus sederhana. Saya kembali melihat ketikan RPP saya dengan mencermati apa yang tampak di layar laptop. Beberapa kesalahan ketik saya benahi, juga penataan tulisan. Pukul 15.20 saya memberi kode pada mahasiswa yang membantu kegiatan, bahwa RPP saya siap untuk diprint out. Mahasiswa yang bertugas dengan lincahnya menyalin dokumen dan kemudian mencetaknya. Hasil cetakan diserahkan kembali kepada saya untuk dilihat dan dicermati, kemudian membubuhkan paraf di setiap halaman dan tanda tangan di bagian akhir RPP. Saya pun melakukannya, dan saya berfikir bagaimana mendapatkan hasil cetak RPP yang dapat saya bawa ke hotel untuk dibaca ulang. Maka saya bilang kepada mahasiswa yang bertugas bahwa ada bagian yang salah dan harus dicetak lagi. Akhirnya saya mendapat cetakan RPP yang dapat saya bawa ke hotel.

Pukul 16.00 waktu untuk workshop berakhir. Setelah mendapatkan penjelasan tentang presentasi yang akan dilakukan pada hari ketiga, kami pun meninggalkan FIS UNY dengan lega. Saya pribadi merasa sangat lega, karena telah menyelesaikan pekerjaan yang di pagi hari menuju FIS tidak diketahui macam dan bentuknya. Dalam perjalanan menuju hotel, kami saling mengungkapkan yang kami rasakan, semuanya menyatakan telah lega karena telah mengerti dan menjalani apa yang sampai dengan pagi tadi menjadi tanda tanya besar: harus mengerjakan apa!

Hari kedua malam (19.00 -- 00.30 dini hari ketiga)

Kegiatan malam ini presentasi BP. Peserta dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang bercampur antar mata pelajaran, bahkan antara peserta OGN SMA/SMK dan LKG (Lomba Kompetensi Guru) SMK. Semua peserta harus berada di luar ruang presentasi. Satu per satu dipanggil masuk ke dalam ruang presentasi. Saya mendapat giliran nomor dua, dipanggil oleh peserta nomor pertama yang keluar dari ruang, "Bapak Agus Santosa dari SMA Negeri 3 Yogyakarta", demikian sebutnya, saya pun kaget dibuatnya. Pelan-pelan saya masuk ke ruangan, file presentasi saya sudah terpasang di laptop yang disediakan. Dewan yuri menyampaikan bahwa presentasi dalam 10 menit, lima menit pertama untuk presentasi, dan lima menit kedua untuk pertanyaan-pertanyaan yang harus saya jawab. Saya menyelesaikan presentasi tepat dalam lima menit. Menghitungnya relatif mudah, karena sheet presentasi dibatasi hanya lima, sehingga kalau satu sheet satu menit, maka pastilah tepat waktunya.

Berikutnya adalah pertanyaan yuri pertama, seorang dosen bergelar doktor yang saya belum mengenalnya. "Pak Agus, dengan model atau strategi pembelajaran itu, produk yang dihasilkan siswa berupa apa? Kemudian apa manfaat dari produk itu?" . Saya menjawab singkat, "siswa dalam kelompoknya membuat tayangan PPT dan harus mempresentasikan di depan kelas. Salah satu prinsip model pembelajaran yang saya pilih, adalah siswa memiliki kesempatan mengajarkan pemahamannya kepada siswa lain, sehingga pemahaman siswa yang melakukan presentasi akan semakin baik. Tentang manfaat, bagi guru adalah untuk evaluasi pembelajaran yang dilakukannya, bagi siswa akan semakin memahami hal yang dipelajarinya, juga barangkali bagi guru lain untuk dipertimbangkan digunakan dalam pembelajarannya". Yuri pertama selesai, Yuri kedua bertanya dan pertanyaannya mengangetkan saya, "Pak Agus, model pembelajaran ini sangat baik. Apakah guru lain di sekolah Bapak juga melakukannya? Atau apakah bapak telah menularkan ini kepada guru lain di sekolah Bapak?" Saya bingung atas pertanyaan ini, "belum tahu pak, karena saya tidak punya otoritas untuk masuk dalam kelas pembelajaran guru lain, dan saya belum menularkan ini kepada teman-teman guru lain di sekolah saya". Yuri kedua yang saya juga belum mengenal beliau, manggut-manggut saja, saya tidak tahu apa penafsirannya, tetapi ketika belau berkata, "model ini sangat bagus, sudah sepatutnya bapak menularkan ini kepada guru-guru lain di sekolah bapak.". Selesai. Saya dipersilakan meninggalkan ruang dan memanggilkan peserta berikutnya.

Saya selesai presentasi sekitar pukul 20.30, tetapi karena setiap ruang presentasi dengan dua yuri harus menguji kurang lebih 17 sampai dengan 20 orang peserta, ada yang baru selesai presentasi pukul 00.30, seperti yang dialami oleh seorang finalis bidang Sosiologi, mbak Asteria dari Banten. Padahal bu guru ini telah menenteng laptopnya dalam keadaan terbuka sejak sehabis magrib.

Selesai presentasi, saya ke restoran hotel untuk sekedar menikmati kudapan dan minum kopi tanpa gula. Sudah beberapa waktu, kurang lebih satu tahun, saya memiliki kebiasaan kalau minum kopi tanpa gula, pahit memang. Tapi entah mengapa, saya suka. Barangkali terinspirasi oleh seorang teman saja. Kurang lebih pukul 22 saya masuk kamar hotel, dan tidur pulas. Terbangun kurang lebih pukul setengah empat pagi, dan saya menuju masjid kampus untuk shalat malam dan jamaah subuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun