Mohon tunggu...
Agus Santosa
Agus Santosa Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Guru Sosiologi pada SMA Negeri 3 Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cerita Mengikuti Olimpiade Guru Nasional 2017 #1

1 Desember 2018   16:09 Diperbarui: 1 Desember 2018   16:19 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pun senang, karena ketika pertemuan pengarahan berlangsung saya mendapat pesan Ibu Arie Tristiani dari Direktorat Pembinaan SMA Direktorat Jenderal Dikdasmen, bahwa saya diminta untuk menjalankan tugas dalam pendampingan penyegaran IK (Instruktur Kabupaten) Kurikulum SMA 2013 di Propinsi NTB (Nusa Tengggara Barat), saya berfikir tugas ini dapat menjadi alasan untuk tidak mengikuti seleksi OGN di DIY, karena hari tanggal pelaksanaannya berhimpitan. Ternyata, seleksi OGN DIY dilaksanakan pada Selasa, 16 Mei 2017. Saya pun harus mengikutinya karena tidak memiliki alasan untuk menghindarinya.

Seleksi di tingkat DIY

Tanpa persiapan yang berarti, saya mengikuti seleksi OGN di DIY, pada Selasa, 16 Mei 2017. Datang tepat waktu, artinya begitu sampai di tempat pelaksanaan di Kantor Dinas Dikpora (Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga) DIY, tes seleksi pun dimulai. Tidak sempat berlama-lama ngobrol dengan teman-teman dari kabupaten lain atau bidang lain. 

Terus terang pada kesempatan ini saya tidak percaya diri, karena merasa sudah tidak pada waktunya lagi mengikuti lomba. Kesadaran tentang usia saya membuat saya berperasaan seperti ini. Ini mestinya kesempatan bagi yang masih muda. Dengan semangat "sekedar menjalankan tugas" dari Ibu Rr. Suhartati (saya memanggilnya mbak Tatik) Kepala Balai Dikmen Kota Yogyakarta, saya mengikuti seleksi OGN Bidang Sosiologi tingkat DIY.

Tidak mau (takut) malu di tingkat Nasional

Saya lupa tepatnya hari dan tanggal, tetapi itu terjadi di pertengahan Juni 2017, sepulang dari kerja, seperti biasanya saya duduk di kursi kerja di rumah dan membuka HP (Handphone), ternyata banyak ucapan selamat dari teman-teman di grup WA dan pesan pribadi, bahwa saya masuk menjadi salah satu dari 15 finalis OGN Tingkat Nasional bidang Sosiologi. Mengapa 15? Mengapa tidak semua provinsi ada wakilnya? Ternyata, nominasi itu didasarkan pada pemeringkatan secara nasional. 

Nilai dari tes seleksi di tingkat provinsi diolah secara nasional kemudian diambil 15 terbaik. Kembali perasaan tidak nyaman muncul di pikiran dan hati saya, dan itu terbawa sampai saya tidur dan bangun kembali pada kurang lebih pukul 03 pagi, bahkan sampai perjalanan saya ke Mushola Kampung untuk berjamaah shalat subuh.

Setelah adzan dan shalat sunnat, dalam duduk menunggu waktu iqomat, pikiran tidak nyaman karena berbagai alasan itu pun masih terasakan. Tapi, tiba-tiba muncul pikiran lain, bahwa saya tidak boleh, atau tepatnya takut, mendapatkan malu di OGN Tingkat Nasional. Maka saya berniat dan bertekat untuk mengikutinya dengan sebaik-baiknya dan tidak sekedar menjalankan tugas. Saya pun menyiapkan diri, langkah pertama yang saya lakukan mencari tahu tentang OGN di internet. Informasi dari internet tidak memuaskan. 

Saya pun menghubungi seorang teman di MGMP Sosiologi Kota Yogyakarta, Ririn Wahyu Priyanti -- Guru Sosiologi di SMA Negeri 5 Yogyakarta, yang pada OGN 2016 meraih prestasi mendapatkan Medali Perak. Dari mbak Ririn saya mendapatkan informasi yang cukup memadai. Saya pun bertekat menyiapkan diri sebaik-baiknya, sampai akhirnya mendapatkan undangan mengikuti OGN Tingkat Nasional dari Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan yang akan diselenggarakan di Yogyakarta mulai Selasa sampai dengan Jumat, tanggal 18 sampai dengan 21 Juli 2017. Sebenarnya saya mengharapkan OGN Tingkat Nasionalnya diselenggarakan di kota lain, sehingga sekaligus saya dapat menikmati perjalanan ke kota lain.

Pada undangan jelas disampaikan apa saja yang harus disiapkan oleh peserta, kurang lebih ada 13 poin. Kembali perasaan tidak percaya diri muncul di pikiran dan hati saya. Di antara 13 poin persyaratan, yang kemudian membuat gundah adalah bahwa setiap peserta harus membuat tulisan Best Practice, sebuah tulisan tentang praktik baik yang pernah dilakukan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Sepanjang menjalankan profesi guru sejak 1987, saya belum pernah menuliskan praktik baik ini. Agar tidak mendapatkan malu di tingkat nasional, saya pun harus belajar tentang penulisan praktik baik ini.

Menuliskan Best Practice

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun