Barangkali ibumu tak mau
Ditampakkan wajahnya di layar hp manapun
Sekalipun yang melihat orang terdekat
Ibu mu hanya mau baktimu
Bahkan, Ibu tak meminta apapun darimu
Selain kebaikan dimasa depanmu
Dia masih sangat sederhana mencintai rasa
Tidak mengerti tentang derita dan hanya paham tentang bahagia
Asal melihat anaknya tertawa, maka itulah arti bahagia
Walau darah mengucur pada tubuhnya, baginya bukan lah sebuah luka. Tapi bahagia, karena darahnya mengucur untuk kehidupan buah hatinya
Tak bisa berkata tidak dan hanya memaksakan berkata ikhlas dan iya
Demi siapa? Demi engkau nak, sang penguat hidupnya
 ini tentang dia yang hatinya seluas jagad raya, untuk mencintai dan mengasihi.
Ia hanya mengingkan kebersamaan yg nyata, bukan hanya sekedar status semata
Tapi apa?
Hari ibu hanya dijadikan mu
Sebagai media eksistensi
Entahlah, dengan kata cintamu yg rumit
Atau Beribu diksi kau ekspresikan
Tapi setitik senyum belum jua kau ukir di wajahnya
Hingga suatu waktu kau kembali mengadu keluh kesah padanya
Kedua tanganya terbuka lebar untukmu, bagaikan sayap indah yg selalu menghangatkan
Bagiku kau adalah malaikta sejatiku, begitu melekat dan akan tetap erat dekapanmu
Dengan menatap ujung bibirmu
Yang melengkung tipis ke atas
Aku sudah lemah
Dengan nafas yang ku atur pelan2
Dengan kesiapan dan kenyamanan
Aakhirnya, ku sampaikan
Ku nyatakan detik ini
Dan ku pastikan
Selamanya tak akan berubah
Ma, Aku cinta Mama
Karya Anggyh. A dan Nurul. F
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H