5. Sponsor oh… sponsor
Siapa sih yang nggak tergoda duit sponsor di tengah harus syuting sampai ke New York segala? Tapi yaah.. lumayan cantik lah di sini mainnya. Coba dengar baik-baik, sebutkan kata “fokus” yang masuk dalam scene. Kalau kamu tidak nemu, itu artinya kamu belum minum A..nu.
6. Mampirnya “pesan” politik
Ini sah-sah saja sebenarnya. Tapi kalau yang nonton generasi golput, saya rasa kalimat yang dimainkan cukup mengganggu kenikmatan scene yang dibuat. Silakan cek dan tonton sendiri buat yang penasaran.
7. Latar belakang peran yang kurang tergali rapi
Ini memang PR yang lumayan berat. Betapa tidak, rentang 14 tahun dari SMA tiba-tiba sudah jadi mahmud semua. Pasti susah memikirkan bagaimana membuat logika di balik periode sekian lama. Untung saya posisinya sebagai penonton. Layaknya pengamat sepakbola, boleh dong lebih ahli mengkritisi dibanding pemainnya.
8. Ciuman yang tak seindah kisah lama
Kalau saya jadi sutradara, pasti saya cut cut dan cut adegan itu. Take ulang minimal 100 kali. Soul-nya udah beda banget dengan ciuman di kisah AADC lama. Ah… tonton saja sendiri adegannya.
9. Mereka tak lagi muda, tapi masih diperlakukan layaknya kisah anak-anak SMA
Mbak Dian yang (masih) kinclong, Mas Nicho yang (tetap) cool. Emang sih.. masih memesona. Tapi, ah.. nonton sendiri saja deh. Saya nggak mau komentar lagi. Takut merusak mood bayangan orang-orang yang masih penasaran.
10. Ini film cinta atau My Trip My Adventure?