Mohon tunggu...
Agnesyasa Dwi
Agnesyasa Dwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai, panggil saja Agnes. Aku dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Prodi Psikologi angkatan 2023. Hobi : Menonton, Hiling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cara Melatih Kemandirian dalam Aktivitas Shalat bagi Anak Autis dengan Teknik Modeling

16 November 2023   14:49 Diperbarui: 16 November 2023   15:38 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input suhttps://temanautis.com/artikel/apa-itu-autistik-atau-autismember gamba pembelajaran sosial yang dikemukakan oleh Albert Bandura menekankan pen

Ada empat proses mediasi yang dikemukakan oleh Bandura (1969, 1971, 1977). Masing-masing komponen ini sangat penting dalam menentukan apakah peniruan terjadi atau tidak saat terpapar pada suatu model:

1.Perhatian

Proses perhatian sangat penting karena paparan terhadap suatu model saja tidak menjamin bahwa pengamat akan memperhatikan (Bandura, 1972).

Model harus menarik minat pengamat, dan pengamat harus menganggap perilaku model layak untuk ditiru. Ini memutuskan apakah perilaku tersebut akan dimodelkan.

Individu perlu memperhatikan perilaku dan konsekuensinya serta membentuk representasi mental dari perilaku tersebut.

Agar suatu perilaku dapat ditiru, perilaku tersebut harus menarik perhatian kita. Kita mengamati banyak perilaku setiap hari, dan banyak di antaranya yang tidak perlu diperhatikan.

2.Retensi

Bandura menyoroti proses retensi dalam peniruan, dimana individu secara simbolis menyimpan model perilaku dalam pikiran mereka.

Agar peniruan berhasil, pengamat harus menyimpan perilaku-perilaku ini dalam bentuk simbolis, dan secara aktif mengaturnya ke dalam pola yang mudah diingat (Bandura, 1972).

Seberapa baik perilaku tersebut diingat. Perilaku tersebut mungkin diperhatikan, tetapi tidak selalu diingat, sehingga jelas menghalangi peniruan.

Oleh karena itu, penting untuk membentuk ingatan tentang perilaku tersebut untuk kemudian dilakukan oleh pengamat.

3.Reproduksi Motorik

Ini adalah kemampuan untuk melakukan perilaku yang baru saja ditunjukkan oleh model. Kita melihat banyak perilaku sehari-hari yang ingin kita tiru, namun hal ini tidak selalu memungkinkan. Kemampuan fisik kita membatasi kita, jadi meskipun kita ingin meniru perilaku tersebut, terkadang kita tidak bisa. Hal ini mempengaruhi keputusan kita apakah akan mencoba dan menirunya atau tidak.

4.Motivasi

Terakhir, proses motivasi dan penguatan mengacu pada konsekuensi yang dirasakan menguntungkan atau tidak menguntungkan dari meniru model tindakan yang cenderung meningkatkan atau menurunkan kemungkinan peniruan.

Seperti study kasus yang di ambil dari Yayasan Taman Bintang Educare Mataram. Undergraduate thesis, UIN Mataram. Indonesia melatih kemandirian dalam aktivitas Shalat bagi anak autis dapat dilakukan dengan cara memberikan pembelajaran khusus. Bukan hanya melakukan kegiatan bina diri seperti makan, minum, dan berpakaian tanpa bimbingan, tetapi anak autis perlu melatih kemandirian dalam aktivitas. Sebab Shalat merupakan hal pokok dan ciri utama seorang muslim. 

Oleh karenanya Shalat merupakan hal pertama dan utama dan bahkan menjadi penentu keselamatan seorang muslim di akhirat nanti. Peneliti ini bermaksud untuk mengetahui peran guru dan terapis bagaimana melatih kemandirian Shalat bagi anak autis dengan teknik modelling di Yayasan Taman Bintang Educare Mataram Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. 

Metode analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data yang digunakan adalah memperpanjang waktu kehadiran, kecukupan refrensi, dan pembahasan teman sejawat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik modelling yang diterapkan di yayasan taman bintang educare mataram merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk melatih kemandirian dalam aktifitas sholat bagi anak autis, peran yang digunakan guru dan terapis untuk melatih kemandirian gerakan-gerakan Shalat untuk anak autis yaitu dengan teknik modelling langsung dan modelling simbolik, dimulai dari beberapa tahapan-tahapan yaitu, tahapan perhatian, kepemilikan, produksi, dan yang terakhir pemberian penguatan.

Dari kasus tersebut banyak sekali yang dapat kita ambil manfaatnya diantaranya :

*Membantu dalam memahami bagaimana individu belajar dari pengalaman orang lain melalui pengamatan, pencetakan, dan pemodelan.

*Konsep pemodelan membantu dalam pengembangan keterampilan sosial, karena individu dapat meniru perilaku yang ditunjukkan oleh model yang diobservasi Bandura tekanan peran penting proses kognitif dalam pembelajaran sosial.

*Membuka pintu untuk pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana proses mental mempengaruhi perilaku.Teori ini menekankan bahwa lingkungan sosial berperan dalam membentuk perilaku.

*Di gunakan untuk merancang lingkungan yang mendukung pembelajaran dan perkembangan positif.membantu guru untuk merancang strategi pengajaran yang lebih efektif dengan memanfaatkan prinsip-prinsip pemodelan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun