Oleh karena itu, penting untuk membentuk ingatan tentang perilaku tersebut untuk kemudian dilakukan oleh pengamat.
3.Reproduksi Motorik
Ini adalah kemampuan untuk melakukan perilaku yang baru saja ditunjukkan oleh model. Kita melihat banyak perilaku sehari-hari yang ingin kita tiru, namun hal ini tidak selalu memungkinkan. Kemampuan fisik kita membatasi kita, jadi meskipun kita ingin meniru perilaku tersebut, terkadang kita tidak bisa. Hal ini mempengaruhi keputusan kita apakah akan mencoba dan menirunya atau tidak.
4.Motivasi
Terakhir, proses motivasi dan penguatan mengacu pada konsekuensi yang dirasakan menguntungkan atau tidak menguntungkan dari meniru model tindakan yang cenderung meningkatkan atau menurunkan kemungkinan peniruan.
Seperti study kasus yang di ambil dari Yayasan Taman Bintang Educare Mataram. Undergraduate thesis, UIN Mataram. Indonesia melatih kemandirian dalam aktivitas Shalat bagi anak autis dapat dilakukan dengan cara memberikan pembelajaran khusus. Bukan hanya melakukan kegiatan bina diri seperti makan, minum, dan berpakaian tanpa bimbingan, tetapi anak autis perlu melatih kemandirian dalam aktivitas. Sebab Shalat merupakan hal pokok dan ciri utama seorang muslim.Â
Oleh karenanya Shalat merupakan hal pertama dan utama dan bahkan menjadi penentu keselamatan seorang muslim di akhirat nanti. Peneliti ini bermaksud untuk mengetahui peran guru dan terapis bagaimana melatih kemandirian Shalat bagi anak autis dengan teknik modelling di Yayasan Taman Bintang Educare Mataram Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi.Â
Metode analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data yang digunakan adalah memperpanjang waktu kehadiran, kecukupan refrensi, dan pembahasan teman sejawat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik modelling yang diterapkan di yayasan taman bintang educare mataram merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk melatih kemandirian dalam aktifitas sholat bagi anak autis, peran yang digunakan guru dan terapis untuk melatih kemandirian gerakan-gerakan Shalat untuk anak autis yaitu dengan teknik modelling langsung dan modelling simbolik, dimulai dari beberapa tahapan-tahapan yaitu, tahapan perhatian, kepemilikan, produksi, dan yang terakhir pemberian penguatan.
Dari kasus tersebut banyak sekali yang dapat kita ambil manfaatnya diantaranya :
*Membantu dalam memahami bagaimana individu belajar dari pengalaman orang lain melalui pengamatan, pencetakan, dan pemodelan.
*Konsep pemodelan membantu dalam pengembangan keterampilan sosial, karena individu dapat meniru perilaku yang ditunjukkan oleh model yang diobservasi Bandura tekanan peran penting proses kognitif dalam pembelajaran sosial.