Mohon tunggu...
Agnest Putri
Agnest Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Atma Jaya Yogyakarta

kamu adalah kamu, bukankah itu menyenangkan?

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perlukah Esensi Teknologi Pemasaran?

19 Mei 2022   15:13 Diperbarui: 19 Mei 2022   15:17 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wawancara Bersama Pak Ngardianto Pengerajin Kipas Bambu. Dokpri

Salah satu upaya untuk memecahkan masalah terhadap proses pemberdayaan masyarakat guna mengurangi angka kemiskinan adalah melalui kegiatan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) atau home industry. 

Artinya pemberdayaan tersebut memberikan ruang sumberdaya, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan. Menurut Soetomo dalam Community Development pemberdayaan merupakan bagiana dari proses di mana masyarakat yang tinggal pada suatu lokasi tertentu mengembangkan suatu tindakan untuk mengubah situasi ekonomi, sosial, kultural, dan lingkungan mereka. 

Pemberdayaan tersebut didasari oleh penyadaran masyarakat yang dilakukan secara partisipatid dan berkesinambungan untuk mencapai harapan yang diinginkan.  

Desa Wisata Jipangan merupakan bentuk UMKM yang berada di Kelurahan Bangunjiwo, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul. Desa Wisata Jipangan menjadi salah satu sentra kerajinan yang masuk dalam program wisata Kajigelem. 

Desa Wisata Jipangan merupakan salah satu desa dengan kekayaan sumber daya alam berupa bambu dan dijadikan sebagai produk kerajinan utama sehingga, memiliki daya tarik tersendiri. Produk utama kerajinan bambu di desa tersebut adalah kipas bambu dengan bahan utama bambu wulung. 

Bambu wulung merupakan jenis bambu yang banyak ditemukan di Pulau Jawa dengan nama latin Gigantochloa Atroviolaceae Widjaya atau dikenal dengan nama Java Black Bamboo. Bambu tersebut dipilih untuk digunakan sebagai kerangka kipas karena memilili tekstur serat yang sangat baik dan kuat. Di desa ini memiliki 40 pengrajin kipas yang siap dipasarkan. 

Produk kipas dari Jipangan sendiri sudah dipasarkan ke beberapa daerah di Indonesia seperti Bandung, Jakarta, dan Bali. Bahkan sekarang sudah memperluas wilayah pemasaran hingga Australia.

Sejak ditetapkan sebagai desa wisata pada 1987, perkembangan industry kipas bambu Jipangan kian berproduksi secara pesat dan menjadi produk unggulan. Secara geografis Desa Wisata Jipangan merupakan daerah pegunungan dengan luas wilayah 71.489 Ha dengan latar belakang penduduk sebagai petani dan pembuat produk kerajinan bambu sebagai mata pencaharian utama mereka. 

Desa Wisata Jipangan yang merupakan aset yang difokuskan untuk berkembang, secara administratif desa tersebut berbatasan dengan Desa Kasongan di sebelah Utara, Pendowoharjo dan Sungai Bedog di sebelah Timur, Kalangandu sebelah Selatan dan Bibis di sebelah Barat. 

Potensi Desa Wisata Jipangan yang lengkap dengan kultur budaya, lokasi desa, dan fasilitas yang terus dikembangkan memberikan kenyamanan bagi para wisatawan. Namun, hal itu tentunya tidak cukup jika tidak diimbangi dengan pengetahuan untuk mengelola dan memasarkan desa wisata tersebut.

Wawancara Bersama Pak Ngardianto Pengerajin Kipas Bambu. Dokpri
Wawancara Bersama Pak Ngardianto Pengerajin Kipas Bambu. Dokpri

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada 15 Maret 2022 terhadap kondisi internal desa tersebut, terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan yaitu: keterbatasan sumber daya manusia seperti rendahnya jiwa wirausaha, kemampuan untuk beradaptasi pada masa pandemi Covid-19 dan kurang berani mengambil resiko. 

Selain itu, permasalahan utama Dewa Wisata Jipangan adalah kurangnya adaptasi dan pemanfaatan teknologi untuk memanfaatkan pemasaran yang tidak terbatas ruang dan waktu. Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah permintaan pasar akibat batasan ruang sebagai salah satu bentuk pencegahan Covid-19. Tidak hanya itu, terjadi pula penurunan jumlah pengerajin yang semula 40 menjadi 25 pengerajin dengan beralih profesi menjadi petani. 

Dengan keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki pula mengakibatkan tidak adanya perencanaan pemasaran dan dokumentasi kegiatan yang belum tertata dengan baik. Menurut Pinata & Diarta (2009) dalam mengembangkan sebuah kawasan pedesaaan menjadi kawasan pariwisata yang memiliki daya tarik dengan dua tahap yaitu perencanaan dan penguatan sistem sosial. 

Adapun solusi yang bisa dilakukan yaitu berupa sosialisasi program kegiatan berupa workshop tentang pemanfaatkan pemasaran berbasis konvensional untuk membantu meningkatkan pemahaman pengelola desa wisata dan pihak yang terkait dalam pengembangan Kipas Bambu Desa Wisata Jipangan.

Pemanfaatan teknologi pemasaran akan mendorong keberlangsungan ekonomi bagi UMKM yang memiliki potensi alam yang baik. Dengan begitu mampu menjangkau pasar yang lebih luas sehingga makin banyak masyarakat yang mengetahui mengenai produk kipas bambu yang ditawarkan. 

Daftar Pustaka

Pitana, I Gde & Diarta, I Ketut Surya. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta. Andi Publishing

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun